Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyetujui insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) kendaraan bermotor. Kebijakan ini dan adanya vaksinasi Covid-19 dinilai bakal mendorong penjualan mobil pada 2021.
Relaksasi aturan PPnBM itu rencananya dilakukan bertahap. Skenarionya yakni insentif 100% selama Maret-Mei, sehingga tidak perlu membayar PPnBM.
Lalu, insentif PPnBM 50% diberikan pada Juni-Agustus. Kemudian menjadi 25% selama September-November.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto masih mengkaji dampak kebijakan tersebut terhadap kinerja perusahaan. “Kami akan cek aturan detailnya, dan menunggu petunjuk teknis,” katanya dikutip dari Antara, Jumat (12/2).
Sejauh ini, pemerintah berencana menerapkan insentif pajak itu untuk segmen mobil bermesin kurang dari 1.500 cc, termasuk sedan.
Selain itu, merupakan kendaraan roda empat dengan sistem penggerak yang hanya memungkinkan dua roda untuk menerima tenaga dari mesin secara bersamaan, atau dikenal 4x2. Kemudian, kandungan lokalnya 70%.
Meski begitu, secara umum Henry menilai bahwa relaksasi tersebut akan mendorong permintaan pasar. "Yang pasti, kebijakan itu positif bagi pasar dan produksi lokal, khususnya produk yang sesuai kriteria," kata Henry.
Kebijakan itu juga akan membantu industri otomotif bangkit, setelah tertekan akibat pandemi corona pada 2020. "Tahun lalu, pasar (mobil) ditutup dengan angka sekitar 580 ribu unit atau turun 44,55% dibanding 2019 (year on year/yoy)," ujarnya.
Penjualan Toyota di Indonesia pun melorot 44,8% menjadi sekitar 183 ribu tahun lalu. Untuk kendaraan 1.500 cc berkontribusi lebih dari 50%.
Toyota pun menargetkan bisa memimpin pasar otomotif di Indonesia dengan pangsa sekitar 31-32%.
Sedangkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memproyeksi penjualan mobil naik sekitar 30% menjadi 750 ribu unit pada 2021. “Ini selaras dengan perekonomian Indonesia,” kata Henry.
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, target tersebut bisa menjadi sentimen positif. Namun, ini sangat erat dengan kelancaran program vaksinasi Covid-19.
Semakin cepat dan lancarnya vaksinasi, maka daya beli masyarakat ikut terdongkrak. "Yang paling penting pengendalian Covid-19. Ini faktor utama untuk memberikan rasa aman dan untuk mendorong daya beli," kata Nico kepada Katadata.co.id, bulan lalu (18/1).
Ia menilai, masyarakat menahan konsumsi, termasuk menunda pembelian mobil. "Selama distribusi vaksin cepat, pengendalian Covid-19 baik, ini menjadi salah satu tolok ukur masa kejayaan otomotif," katanya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memprediksi, relaksasi PPnBM mendorong produksi mobil kembali ke tingkat sebelum ada pandemi yakni satu juta unit.
Sedangkan sektor otomotif berkontribusi 6% ke PDB. "Inilah pentingnya sektor ini. Kami berharap bisa menjadi bagian untuk jump start ekonomi," ujar Agus dikutip dari Antara, Kamis (11/2).
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah menolak usulan relaksasi PPnBM tersebut pada Oktober tahun lalu. Ia mengatakan, dukungan terhadap sektor otomotif akan diberikan dalam bentuk insentif yang sudah disediakan oleh pemerintah kepada industri secara keseluruhan.
"Kami saat ini tidak mempertimbangkan untuk memberikan pajak mobil baru 0% seperti yang diusulkan industri maupun Kemenperin," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Oktober tahun lalu (19/10/2020).