Industri pulp dan kertas kembali menarik investasi. Kementerian Perindustrian menyebutkan, salah satu produsen pulp dan kertas terbesar Tiongkok akan menanamkan modal senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 14,03 triliun (kurs Rp 14.037 per US$) di Indonesia.
Perusahaan tersebut bernama Flying Dragon Paper Indonesia yang merupakan bagian dari grup Nine Dragons Paper (Holdings) Limited. "Akhir tahun lalu dari Tiongkok, Flying Dragon Paper, produsen dari Tiongkok akan melakukan investasi ke Indonesia," kata Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo dalam acara Katadata Forum Virtual Series ‘Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan’, Kamis (18/2).
Menurutnya, industri tersebut masih mencari lokasi terbaik di Tanah Air. Nantinya, kapasitas produksi dari industri tersebut akan mencapai 6 juta ton per tahun dengan rincian 3 juta ton per tahun untuk kertas kemasan dan 3 juta ton untuk recycle pulp.
Rencananya, sebanyak 20% dari total produksi Flying Dragon Paper akan dipasarkan ke dalam negeri. Sementara, 80% produksi lainnya akan diekspor. "Jadi potensinya luar biasa. Mudah-mudahan investasi bisa direalisaiskan karena berdampak cukup besar pada perekonomian nasional," ujar dia.
Ia menilai, kebijakan di Indonesia telah menarik berbagai investasi baru, khususnya industri pulp dan kertas berbahan baku kertas daur ulang. Beberapa di antaranya ialah PT Hok Seng Jayaperkasa dengan kapasitas pulp 108 ribu ton per tahun, PT Kertas Terpadu Batamindo dengan kapasitas pulp 100 ribu ton per tahun dan kertas 150 ribu ton per tahun, dan PT Best Eternity Resources Technology dengan kapasitas pulp 485 ribu ton per tahun.
Berikut adalah Databoks volume ekspor kertas Indonesia beberapa tahun lalu:
Kemudian ada PT Wondertrend Indonesia dengan kapasitas pulp 120 ribu ton per tahun, PT Dehong Paper Industry dengan kapasitas pulp 108 ribu ton per tahun, dan PT Suparma dengan kapasitas 82 ribu ton per tahun.
Kemenperin mencatat pada 2020, ada 89 perusahaan kertas di Tanah Air dengan kapasitas 179 juta ton per tahun. Hal ini membuat Indonesia sebagai produsen kertas ke-6 dunia.
Menurutnya, ada peluang pengembangan industri pulp dan kertas di dalam negeri. Sebab, industri kertas tengah mengalami pertumbuhan positif.
Kondisi itu terjadi lantaran produk kertas banyak dipakai untuk bahan penunjang, seperti kemasan serta produk industri agro dan manufaktur. Selain itu, pasar dunia kertas juga bergeser dari Eropa ke wilayah Asia.
Di sisi lain, tren belanja online meningkat sehingga permintaan pasar kertas kemasan diperkirakan bakal tumbuh. Permintaan kertas tisu juga diperkirakan meningkat seiring dengan adanya gaya hidup sehat.
Kemudian, permintaan kertas kemasan containerboard dan boxboard di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2021, permintaan dua produk itu tumbuh 2% secara tahunan.
Di dalam negeri, permintaan kertas dalam lima tahun terakhir tumbuh 63%. Namun, konsumsi kertas per kapita di Indonesia masih terbilang rendah. Pada 2019, konsumsi kertas dalam negeri mencapai 11,6 juta ton.