Pernyataan Benci Produk Asing Jadi Kontroversi, Jokowi: Gitu Aja Ramai

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/rwa.
Pengunjung mengamati produk kerajinan saat pameran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (4/3/2021). Pameran UMKM binaan BI yang diselenggarakan oleh 46 kantor perwakilan BI daerah tersebut diselenggarakan secara virtual dan offline guna mendorong perkembangan UMKM di masa pandemi COVID-19 sekaligus sarana sosialisasi inklusi keuangan kepada masyarakat.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
5/3/2021, 14.18 WIB

Pernyataan Presiden Joko Widodo soal benci produk asing pada Kamis (4/3) banyak dibahas di media sosial. Jokowi pun mengaku heran karena pernyataan tersebut memicu kegaduhan.

"Masa tidak boleh tidak suka. Kan boleh saja tidak suka pada produk asing. Gitu aja ramai. Ya saya ngomong benci produk asing, gitu aja ramai," kata Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional XVII HIPMI Tahun 2021 di Istana Bogor, Jumat (3/5).

Jokowi menyatakan, maksud pernyataannya adalah untuk mengajak masyarakat mencintai produk Indonesia. Namun, untuk mendapatkan loyalitas konsumen dalam negeri memerlukan sejumlah syarat, seperti harga yang kompetitif dan kualitas yan baik. Maka, produsen lokal perlu meningkatkan kualitas, memperbaiki desain dan kemasan, serta mengikuti tren pasar.

Jokowi pun mengaku senang lantaran impor serat rayon dan biji plastik telah banyak berkurang seiring dengan peningkatan produksi dalam negeri. Mantan Walikota Solo itu pun mengajak seluruh BUMN untuk memperbesar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Bila keran impor bisa dikunci, Jokowi menilai permintaan produk dalam negeri akan meningkat dalam jumlah yang sangat besar. "Namun, pipa kita udah produksi banyak, masih impor. Loh, untuk apa? Padahal dipakai untuk proyek pemerintah," ujar dia.

Namun, ia menegaskan bahwa Indonesia menganut keterbukaan ekonomi. Sebab, Indonesia bukan bangsa yang menyukai proteksionisme. Sejarah membuktikan, proteksionisme merugikan bangsa.

Di satu sisi, Presiden tidak ingin Indonesia menjadi korban praktik ketidakadilan dari perdagangan dunia, terlebih yang merugikan UMKM. Saat ini, sudah banyak praktik predatory pricing dalam perdagangan.

"Hati-hati dengan ini. Itu bisa membunuh yang kecil-kecil," ujar dia.

Selain itu, Jokowi juga menyadari kompetisi perdagangan dunia saat ini sangat ketat. Beberapa yang menjadi tantangan ialah hypercompetititve, double distruction, revolusi industri jilid 4, dan pandemi Covid-19.

Oleh karenanya, ia mengajak pengussaha untuk melakukan upskilling dan re-skilling untuk memenangkan kompetisi perdagangan yang ketat. "Kesempatan usaha akan berkembang luas," katanya.

Berikut adalah Databoks impor Indonesia: 

Kolaborasi dengan UMKM

Jokowi pun memastikan, kolaborasi antara investor besar dengan UMKM telah mencapai Rp 1,5 triliun. Ia pun berharap, kolaborasi tersebut bisa terus meningkat. 

Sebagaimana diketahui, sebanyak 196 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menandatangani kerja dengan 59 perusahaan domestik dan asing. Kerja sama ini akan mendorong UMKM untuk masuk dalam rantai pasok global, semakin kompetitif, memiliki desain yang lebih baik, dan memiliki akses perbankan lebih baik.

Untuk itu, Jokowi memerintahkan para menteri terkait untuk mengawal kolaborasi tersebut. Menteri yang dimaksud ialah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri BUMN, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 

Sebelumnya, Jokowi mengajak untuk menggaungkan benci produk impor. Sementara, slogan cintai produk dalam negeri juga tetap digaungkan.

"Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri. Bukan hanya cinta (produk dalam negeri)," kata Jokowi saat peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/3).

Menurutnya, slogan benci produk luar negeri bertujuan agar konsumen Indonesia menjadi loyal terhadap produk dalam negeri. Branding produk Indonesia pun harus melekat agar rasa cinta produk lokal tumbuh pada masyarakat.

Terlebih, Indonesia memiliki lebih dari 270 juta penduduk. "270 juta adalah pasar yang besar. Ajakan untuk cinta produk kita sendiri harus terus digaungkan," ujar dia.

Reporter: Rizky Alika