Indeks Manufaktur Naik, Pengusaha Tekstil Belum Masuk Fase Ekspansi

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
Pengunjung mengamati karya instalasi yang dipajang dalam pameran seni tekstil Jelang Julang 2021 bertajuk Gunung Pitulungan di Ruang Prisma Begawan, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/3/2021).
17/4/2021, 08.21 WIB

Banyaknya penjualan pakaian jadi impor secara daring (online) dengan pemasaran yang masif dan program diskon menarik dinilai merusak pasar tekstil dalam negeri.

“Dari awal April market kita sudah sepi dari hulu sampai hilir. Walaupun di hulu utilisasinya masih berjalan, namun untuk tenun dan rajutnya sudah sangat sepi,” kata Redma.

Ia juga menilai momentum Lebaran tidak bisa meningkatkan permintaan tekstil dan pakaian dalam negeri. Pasalnya, masyarakat lebih memilih membeli pakaian jadi impor secara online dibanding  produk para peritel di toko offline.

Lebih lanjut, Redma berharap pemerintah dapat menekan volume impor di industri tekstil terutama pakaian jadi. Ia menyarankan agar para pemangku kepentingan memiliki satu visi yang sama, yakni pengurangan impor.

“Sebenarnya yang paling penting adalah kita dikasih pasar. Walaupun pemerintah kasih insentif fiscal, tax allowance atau tax holiday, kalau tidak punya pasar ya tidak bisa jalan,” ujar dia.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi