Dua BUMN pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan PT Berdikari (Persero), mengimpor daging sapi beku boneless asal Brasil sebanyak 420 ton secara bertahap. Tujuannya untuk menjaga stabilitas harga daging serta memenuhi ketersediaan pasokan menjelang Idul Fitri 1442 H.
Kedatangan pertama daging sapi beku boneless asal Brasil sebanyak 140 ton tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (1/5). Selanjutnya sekitar empat kontainer dijadwalkan akan tiba sebelum lebaran.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Suhandri mengatakan impor mencapai 420 ton belum tentu dapat menekan harga daging menjelang hari raya. “Semua tergantung pada permintaan pasar daging sapi itu sendiri," kata Suhandri kepada Katadata.co.id, Rabu (5/5).
Dia mengatakan impor bisa menekan harga bila tak ada permintaan yang meningkat drastis. Bila permintaan tiba-tiba naik menjadi di atas 30%, mulai perlu diwaspadai. "Karena yang selalu saya amati adalah 10 hari menjelang lebaran permintaan akan sangat tinggi,” kata dia.
Ia mengatakan, kebutuhan daging sapi saat ramadan sebelum pandemi mencapai 20 ribu ton, khususnya untuk wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya. Kemudian turun menjadi 6 ribu-7 ribu ton pada saat pandemi.
“Tahun lalu kami menyediakan stok sekitar 7.500 ton untuk ramadan, namun berdasarkan catatan Aspidi, 5 ribu ton saja tidak terserap seluruhnya,” kata dia.
Indonesia masih impor daging sapi karena produksi dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Produksi daging sapi mengalami fluktuasi sejak 2015 hingga 2019. Dalam rentang waktu tersebut, tahun 2016 mencapai titik tertinggi dengan 518.484 ton. Angka tersebut naik 2,3% dari tahun sebelumnya.
Setelah tahun 2016, produksi daging sapi Indonesia menurun perlahan. Tahun 2017 dan 2018 secara berturut-turut Indonesia memproduksi 486.319,7 ton dan 497.971,7 ton. Pada 2019 berada di titik terendah dengan produksi 490.420,8 ton. Angka tersebut turun 1,5% dari tahun 2018. Berikut grafik Databoks:
Permintaan daging sapi di tahun ini memang masih belum normal, tapi terlihat ada sedikit kenaikan dibandingkan tahun lalu, khususnya pada periode 22-29 April 2021.
“Permintaan dari awal ramadan, yakni pada periode 13-22 April memang cenderung stabil, tetapi pada periode 22-29 April ada peningkatan sebesar 7%,” kata Suhandri.
Suhandri memperkirakan kebutuhan daging sapi untuk ramadan dan lebaran tahun ini akan mengalami peningkatan sebesar 30%, dari kebutuhan pada tahun sebelumnya 6 ribu-7 ribu ton menjadi 7 ribu-8 ribu ton.
“Kami sendiri saat ini memiliki stok 9 ribu ton untuk menutupi permintaan daging sapi jelang lebaran. Tetapi jika tiba-tiba ada kenaikan di atas 40% ini akan sulit, stok daging yang ada menjadi rawan,” kata dia.