Ia mengatakan, isu yang berkembang perihal PPN untuk sembako membuat psikologi pasar terganggu. Ikappi mencatat ada beberapa bahan pangan mengalami kenaikan. Di antaranya, harga ayam yang biasanya Rp 25.000 per kilogram saat ini mencapai Rp 40.000, bawang putih dari Rp 32.000 menjadi Rp 40.000 per kilogram.
“Baru wacana saja ini sudah mengganggu psikologi pasar kita, banyak harga bahan pokok yang naik. Bagaimana kalau ini benar-benar disahkan?” kata dia.
Untuk itu, ia mengharapkan pemerintah agar berikan keputusan untuk tidak memasukan sembako dalam RUU KUP No 6 tahun 1983. Reynaldi juga menilai, jika ada PPN sembako, pengusaha atau pedagang pasti akan menekan operasional ongkos pembelian karena harus terbebani PPN.
“Kami kira gak perlu lah pedagang dibebani lagi. Kalau ingin mereformasi pajak ya dibarang-barang mewah, seperti mobil dan lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, pihaknya mendukung keputusan pemerintah untuk memungut PPN dari sembako dengan kategori premium, seperti beras impor premium dan daging sapi Wagyu.
“Kalau memang sembako premium akan dikenakan PPN silakan saja, itu memang harus. Tapi jangan bahan-bahan pokok yang ada di pasar tradisional,” kata Ngadiran.