Produktivitas Industri Makanan dan Minuman RI Tinggi meski ada Corona

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/wsj.
Konsumen memilih aneka makanan ringan di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (5/5/2021).
Penulis: Desy Setyowati
31/7/2021, 14.14 WIB

Produktivitas industri makanan dan minuman tetap tinggi meski ada pandemi corona. Ini terlihat dari utilisasi yang mencapai 89%, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika meninjau pabrik biskuit Oreo dan Ritz dari Unilever Indonesia (Walls Factory) dan Mondeléz Indonesia. Utilisasi kedua perusahaan ini masing-masing menyentuh 89% selama pandemi Covid-19.

Itu artinya, produktivitas tetap berjalan baik. Ini juga menunjukkan, permintaan di pasar domestik dan mancanegara meningkat.

Kedua produsen makanan dan minuman itu juga tetap mengekspor produk. Putu menyampaikan, ini akan berdampak terhadap peningkatan devisa dan menunjukkan bahwa produk industri nasional berdaya saing di kancah global.

“Unilever misalnya, mengekspor es krim ke pasar Australia dengan menggunakan alat penyimpan berteknologi modern,” kata Putu dikutip dari Antara, Sabtu (31/7).

Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor primadona. Industri ini membuat kinerja ekspor manufaktur nasional meroket sepanjang semester I.

Total nilai ekspor industri pengolahan non-migas pada Januari-Juni mencapai US$ 19,58 miliar. Nilainya naik 21,68% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Dari sisi investasi, industri makanan dan minuman juga merealisasikan dana Rp36,6 triliun pada semester I. Ini meliputi penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 14,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp 21,9 triliun.

“Guna memacu kinerja gemilang dari industri makanan dan minuman, kementerian bertekad menjaga ketersediaan bahan baku sehingga bisa tetap berproduksi. Selain itu, memberikan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal untuk kemudahan perizinan,” kata Putu.

Selain berorientasi ekspor, industri makana dan minuman tergolong sektor padat karya. Sektor ini juga menjalankan hilirisasi atau meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri.

“Contohnya di Mondeléz, yang menyerap cokelat dari delapan kabupaten di empat provinsi di Sumatera dan Sulawesi. Selain itu, perusahaan yang memproduksi Oreo ini mampu memberdayakan 30 ribu lebih petani cokelat,” kata dia.

Kepala Pabrik Cikarang Mondelez Indonesia Zaenal Abidin menambahkan, perusahaan menambah investasi US$ 23 juta untuk memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor. Ini membentuk lini produksi baru yang akan menyerap tenaga kerja 100 orang.

Lini anyar itu beroperasi mulai November. Mereka bakal memproduksi Oreo dengan pangsa pasar 60% untuk ekspor dan sisanya di dalam negeri.

“Kapasitas produksinya 43 ribu ton Oreo per tahun. Jadi, kami akan punya total enam lini. Tahun kemarin sudah produksi 85 ribu ton biskuit per tahun. Selama ini, produk kami menembus ekspor ke 38 negara,” ujarnya.

Reporter: Antara