Mendongkrak Nilai Tambah Manufaktur lewat Hilirisasi dan Rantai Pasok

ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi (kedua kanan) Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak (kanan) Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (kedua kiri) memotong pita saat pelepasan produk ekspor PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) di Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (20/4/2021). Furniture merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia. Peningkatan ekspor akan menguatkan Indonesia dalam rantai pasok global industri furniture.
13/9/2021, 11.35 WIB

Guna meningkatkan nilai tambah produk manufaktur Indonesia sekaligus memperbaiki daya saing global, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan fokus melakukan hilirisasi dan penguatan rantai pasok.

Juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni mengatakan, ketersediaan bahan baku yang melimpah merupakan keunggulan  industri Tanah Air.  Keunggulan itu juga didikung sejumlah fasilitas dari pemerintah. Saat ini pemerintah telah memberikan fasilitas kemudahan iklim berusaha, terutama antisipasi penyediaan faktor-faktor produksi utama yaitu bahan baku, modal, dan tenaga kerja.

“Hal ini diharapkan dapat mewujudkan industri yang menghasilkan nilai tambah tinggi, berdaya saing global, dan berwawasan lingkungan," kata Febri dalam keterangan resminya, Minggu (12/9).

Penguatan hilirisasi dan rantai pasok, salah satunya akan difokuskan ke sektor otomotif terutama kendaraan listrik. Indonesia memiliki target sebagai ekspor hub kendaraan bermotor, baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak (internal combustion engine/ICE) maupun kendaraan listrik (electrical vehicle/EV).

“Saat ini sudah ada peta jalan pengembangan kendaraan listrik yang meliputi rencana pengembangan industri komponen utama EV berupa baterai, motor listrik dan inverter,” ujar Febri.

 Permintaan mobil listrik di dunia diperkirakan terus meningkat. Hal ini mendorong peningkatan kebutuhan baterai bagi kendaraan listrik. Meningkatnya penggunaan baterai juga mendorong peningkatan bahan baku, sehingga negara yang memiliki sumber bahan baku baterai seperti Indonesia akan memegang peranan sangat penting.

Sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah untuk industri furniture, Indonesia juga akan terus meningkatkan ekspor komoditas tersebut. Peningkatan ekspor akan semakin menguatkan posisi Indonesia dalam rantai pasok industri furniture global.

Secara keseluruhan, perkembangan permintaan global produk industri furnitur dan woodworking sangat menjanjikan. Ekspor produk furnitur (HS 9401-9403) di tahun 2020 mengalami peningkatan dengan nilai US$ 1,91 miliar, meningkat 7,6% dari tahun 2019 yaitu senilai US$ 1.77 miliar.

Hal ini membuat Indonesia masuk jajaran eksportir produk-produk funitur besar seperti Cina, Jerman, Polandia, Italia, dan Vietnam. Adapun negara-negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia tahun 2020 adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

Selain itu, Kemenperin juga akan fokus untuk memberdayakan industri kecil dan menengah (IKM) agar bisa lebih produktif, berdaya saing, dan menjadi bagian dari rantai pasok global.

“Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor nasional dan mendukung program substitusi impor,” kata dia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah IKM mencapai 4,41 juta unit usaha, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 15,64 juta orang. IKM mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan industri non-migas sebesar 21,22%, dengan sektor yang paling dominan adalah makanan dan minuman, fesyen dan kerajinan.

 Beberapa program yang dijalankan Kemenperin sebagai fasilitasi bagi IKM meliputi pengembangan ekosistem rantai pasok seperti link and match serta kemitraan dengan industri besar dan BUMN. Selain itu, membangun ekosistem digital dengan mendorong IKM masuk ke platform marketplaces, serta fasilitas sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar IKM dapat terlibat dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dan BUMN.

Adapun, Peningkatan nilai tambah industri dapat menciptakan multiplier effect, antara lain penyerapan tenaga kerja, devisa ekspor, serta meningkatkan kontribusi terhadap pajak dan cukai.

Apalagi Indonesia dikenal memiliki keunggulan komparatif, yakni sumber daya alam (SDA) yang cukup tersedia, juga potensi SDM berusia produktif yang terampil, sehingga mampu meningkatkan daya saing produksi dalam negeri.

“Kekuatan ekonomi Indonesia terletak pada pasar domestik yang besar, dengan tetap berorientasi ekspor. Ini yang membedakan dengan negara lain di ASEAN, seperti Singapura atau Vietnam,” ujar dia.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi