Indonesia-Australia Ajak Swasta Perluas Akses Pasar Melalui IA-CEPA

ANTARA FOTO/Aji Styawan/rwa.
Perajin menyelesaikan tas anyaman kulit di rumah produksi Rorokènes di Ngesrep, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (21/5/2021). Berbagai bentuk tas anyaman berbahan kulit sapi, kambing dan domba yang diproduksi itu telah menembus pasar internasional seperti Benua Asia, Eropa, Amerika, Australia hingga ke Timur Tengah dengan harga jual antara sekitar Rp1 juta hingga Rp3 juta per unit tergantung jenis kulit serta tingkat kesulitan pembuatannya.
21/9/2021, 14.21 WIB

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyebut, perjanjian bilateral Indonesia-Australia Comprhensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dapat membantu perluasan akses pasar ekspor ke Australia dan negara ketiga. Dia juga meminta semua pihak, terutama swasta, untuk terus memaksimalkan perjanjian tersebut.

Sejak berlaku pada 5 Juli 2020, IA-CEPA terus mendorong peluang dua arah dalam perdagangan barang dan jasa, penanaman modal, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia, terutama pada masa penting pemulihan ekonomi.

“Kami mendorong semua pihak yang terlibat, termasuk pemerintah, pihak swasta dan akademisi, untuk memanfaatkan peluang berharga yang disediakan Katalis berupa nasihat terpercaya, jaringan lokal, wawasan pasar, dan pengembangan kemampuan bagi setiap pemangku kepentingan,” kata Suharso dalam IA-CEPA Katalis: Supporting Economic Recovery Through Partnership secara virtual, Selasa (21/9).

Perjanjian kerja sama ini juga dapat membantu mewujudkan visi Indonesia 2045 menjadi negara ekonomi terbesar ke-5 di dunia. Perjanjian tersebut merupakan komitmen antar dua negara untuk mendirikan program kerja sama ekonomi, agar bisa mencapai pemanfaatan maksimal dan menghasilkan manfaat secara mutual dari IA-CEPA.

Pada perayaan 100 tahun kemerdekaan, visi Indonesia 2045 akan terealisasi untuk menjadi negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia. Ia meyakini dengan adanya kolaborasi yang kuat dengan negara-negara lain serta partisipasi dalam global value chain, merupakan upaya untuk mencapai visi tersebut.

“Ini juga merupakan landasan yang luar biasa bagi kedua negara untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan ,” kata dia.

Nilai perdagangan Australia pada tahun 2020 mencapai US$ 7,15 miliar. Indonesia hanya membukukan ekspor sebesar US$2,51 miliar sementara impornya mencapai US$ 4,65 miliar sehingga ada defisit sebesar US$2,14 miliar.

Pada periode Januari-Juli, ekspor Indonesia mencapai US$ 1,86 miliar, atau meningkat 36,14% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

 Di samping itu, kedua negara telah menandatangani Katalis subsidiary arrangement, program pengembangan perdagangan dan investasi unik yang didukung pemerintah untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi Indonesia dan Australia. Komitmen tersebut ditandatangani pada 25 Juni 2021, dan diluncurkan pada 6 Juli 2021.

Katalis merupakan program yang menghubungkan dunia usaha dan pemerintahan dari kedua negara. Selain itu, katalis berperan penting untuk mempromosikan kolaborasi bilateral, termasuk rantai nilai yang terintegrasi untuk mendorong ekspor ke negara tujuan ketiga.

Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Dan Tehan menyampaikan, Katalis didirikan di bawah perjanjian IA-CEPA dengan komitmen bilateral senilai US$ 40 juta selama lima tahun dan memiliki tujuan utama untuk mewujudkan peluang-peluang IA-CEPA.

 “Katalis merupakan program pertama semacamnya di bidang perjanjian perdagangan bebas bilateral, dan menunjukkan komitmen Australia untuk memaksimalkan kesepakatan kita. Katalis akan mendukung kemitraan yang lebih dalam untuk meningkatkan investasi perdagangan bilateral,” kata Dan Tehan dalam kesempatan yang sama.

Adapun, Katalis mendukung implementasi IA-CEPA dalam sektor agrifood, advanced manufacturing/jasa, dan keterampilan. Program ini bekerja erat dengan komunitas bisnis Indonesia dan Australia untuk mengkatalisasi kemitraan komersial bilateral baru, mengatasi regulasi perdagangan serta berinvestasi dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja dan perusahaan.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi