Pemerintah terus mempercepat pengembangan 19 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk mencapai persebaran industri serta pertumbuhan ekonomi. Nilai investasi di 19 KEK hingga kini tercatat Rp54,6 triliun, atau 59% dari komitmen.
Sebagai informasi, ke-19 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia, terdiri dari 11 KEK industri dan delapan KEK pariwisata. Total komitmen investasi yang sudah disampaikan investor adalah Rp 92,9 triliun.
Dari realisasi sebesar Rp 54,6 triliun, Investasi terbesar ada di KEK Galang Batang. KEK yang berada di Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau tersebut menerima investasi sebesar Rp 12,8 triliun.
Tempat kedua diduduki oleh KEK Sei Mangkei di Sumatera Utara sebesar Rp 5,2 triliun, dan KEK Kendal di Jawa Tengah sebesar Rp 2 triliun.
Salah satu perusahaan yang memiliki pabrik di Galang Batang adalah PT Bintan Alumina Indonesia (BAI), yang membangun Refinery Alumina berkapasitas 1 juta ton per tahun.
Nilai komitmen tersebut semakin bertambah dengan hadirnya investasi PT. Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Industri JIIPE Gresik yang telah melaksanakan ground breaking pada 11 Oktober 2021 lalu.
Dengan nilai investasi pembangunan smelter mencapai Rp 42 triliun, PTFI melakukan pembangunan fasilitas pemurnian tembaga baru dengan desain kapasitas single line terbesar di dunia.
Nantinya, smelter tersebut diharapkan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahunnya dan akan menyerap sebanyak 40 ribu tenaga kerja.
Namun demikian, smelter tersebut memerlukan pasokan gas yang stabil dan harga yang kompetitif yang telah disediakan oleh JIIPE sebagai pengelola kawasan industri.
Bahkan, produk samping berupa asam sulfat, terak tembaga, dan gypsum, akan dipakai ulang sebagai bahan baku atau bahan penolong bagi industri pupuk di kawasan industri JIIPE Gresik tersebut.
“Artinya, seluruh alur rantai produksi akan tercipta di dalam kawasan industri JIIPE dan bermanfaat luas bagi perekonomian Gresik dan Jawa Timur hingga nasional,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto dalam keterangan resminya, Senin (6/12).
Sementara itu, dari 11 KEK industri tersebut, sebanyak delapan KEK industri telah beroperasi.
Ke-delapan KEK industri itu yakni KEK Arun Lhokseumawe, KEK Sei Mangkei, KEK Galang Batang, KEK Kendal, KEK MBTK (Maloy Batuta Trans Kalimantan), KEK Palu, KEK Bitung, dan KEK Sorong.
"Sedangkan, tiga KEK lainnya masih dalam tahap pembangunan, yaitu KEK Batam Aero Technic (BAT), KEK Tanjung Api-api, dan KEK Gresik," kata dia.
Eko mengatakan, kinerja ekspor produk yang berasal dari KEK terus berjalan dan terus meningkat. Hal ini menandakan bahwa kebijakan pemerintah masih on the right track.
Pada 2020, nilai ekspor dari KEK Sei Mangkei mencapai Rp 5,18 triliun. Angka ini terus bertambah seiring dengan berlanjutnya produksi oleokimia dari kawasan tersebut. Sedangkan, KEK Palu mencatat pendapatan ekspor sebesar Rp 79,9 miliar.
Selain itu, ia menyebut bahwa, KEK juga membantu dalam penciptaan lapangan kerja, hingga mewujudkan pemerataan ekonomi secara regional.
Eko mencontohkan, KEK Kendal yang menyerap tenaga kerja terbanyak, hingga mencapai 8.690 orang, diikuti KEK Galang Batang dengan jumlah penyerapan tenaga kerja sebanyak 4.531 orang.
"Secara keseluruhan, jumlah tenaga kerja yang telah terserap dengan hadirnya KEK telah mencapai lebih dari 27.000 orang,” katanya.