Asosiasi Proyeksi Industri Alas Kaki 2022 Bakal Normal dengan Syarat

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/nz
Pekerja menyelesaikan produksi alas kaki di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat, Selasa (24/3/2020). Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memproyeksikan output ekspor alas kaki hingga semester I pada 2020 akan turun lebih dari 20 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya akibat pandemi COVID-19.
10/1/2022, 13.57 WIB

Industri menargetkan produksi alas kaki mencapai 1,2 miliar pasang akhir 2022, mendekati capaian produksi di 2019. Syaratnya, target tersebut bisa terpenuhi selama penyebaran Covid-19 varian Omicron bisa dikendalikan. 

Pasalnya, mayoritas penjualan alas kaki sampai saat ini masih mengandalkan penjualan toko luring. Sementara itu, penjualan alas  kaki secara daring hanya terjadi di kota-kota besar dan untuk segmen menengah ke atas. 

"(Produksi alas kaki bisa mendekati normal) dengan prasyarat tanpa Omicron dan tanpa lockdown," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie kepada Katadata, Senin (10/1). 

Pada 2021, Firman mencatat penjualan ekspor alas kaki telah mencapai 500 juta pasang. Menurutnya, capaian itu akan berlanjut pada tahun ini. 

Sementara itu, penjualan alas kaki di dalam negeri hanya mencapai 25 % dari kondisi normal atau sekitar 175 juta pasang. Dalam kondisi normal, permintaan alas kaki di dalam negeri sekitar 700 juta pasang. 

Walau demikian, Firman menilai capaian itu lebih baik dibandingkan 2020. Salah satu pendorong penjualan alas kaki dalam negeri adalah pasar back to school alias musim kembalinya pelajar masuk sekolah. Sebagai informasi, industri alas kaki memiliki tiga musim permintaan, yakni pasar Ramadan, back to school dan tahun baru. 

Pada 2021, rata-rata kapasitas siswa yang boleh hadir di sekolah masih di bawah 50 %. Namun demikian, permintaan pada pasar back to school telah mencapai 100 %. 

Selain itu, aktivitas masyarakat mulai kembali normal pasca pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) per September 2021. Dengan demikian, Firman mencatat permintaan sepanjang 2021 menumpuk pada empat bulan terakhir atau pada September-Desember 2021. 

"Ada sedikit anomali. Pasca PPKM perbaikan (permintaan) cukup cepat. Saya rasa, kepercayaan publik untuk beraktivitas secara normal jadi salah satu kunci," kata Firman.

Saat ini, Firman menjelaskan kalau permintaan alas kaki untuk pasar Ramadan 2022 telah masuk. Secara volume, permintaan alas kaki pasar Ramadan tahun ini mendekati capaian pada Ramadan 2019. 

Namun demikian, pandemi Covid-19 telah mengubah cara transaksi di rantai pasok industri alas kaki nasional. Kini, seluruh transaksi dibayarkan saat permintaan disampaikan. 

Sebelumnya, pembayaran transaksi dapat dilakukan saat peritel mulai mendapatkan arus kas saat masa penjualan atau saat industri hilir alas kaki mulai mendapatkan pembayaran dari peritel. 

Saat ini, seluruh transaksi dibarengi dengan penyampaian permintaan, baik antara pemasok bahan baku dan industri hilir alas kaki maupun antara industri alas kaki dan peritel alas kaki. 

"Pandemi selama dua tahun terakhir ini menyisakan (kasus) gagal bayar, utang, dan kasus lainnya antar rantai pasok. Oleh karena itu, karena (pelaku industri) masih melihat ada potensi pandemi yang belum berkesudahan, sekarang sistem order itu pembayaran langsung," ujar Firman. 

Firman berharap permintaan pasar Ramadan 2022 dapat kembali seperti normal, yakni berkontribusi sekitar 30 % dari sepanjang tahun. Dengan kata lain, industri alas kaki berharap permintaan alas kaki saat lebaran nanti dapat mencapai sekitar 200 juta pasang. 

Reporter: Andi M. Arief