Tujuh Mal Baru akan Dibuka di Jakarta Kurun 2022-2024, Ini Daftarnya

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pengunjung memilih pakaian yang dijual saat diskon akhir tahun di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Jumat (31/12/2021).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
11/3/2022, 13.49 WIB

Konsultan Real Estate Knight Frank mencatat terdapat tujuh mal baru yang akan dibuka selama 2022 hingga 2024 di Jakarta. Tujuh mal atau pusat perbelanjaan baru itu total luas area bangunan 280.505 meter persegi.

Empat mal akan dibuka pada tahun ini, yakni: Thamrin Nine Mixed Used di Thamrin, Holland Village Mall di Cempaka Putih, MTC Tanah Abang di Tanah Abang, dan Sarinah Redevelopment di Thamrin.

Dua mal direncanakan rampung pada 2023, yakni Menara Jakarta Shopping Mall di Kemayoran dan Daan Mogot City di Daan Mogot. Adapun satu mal ditargetkan dibuka pada 2024 yakni Fatmawati City Center di TB Simatupang.

Dari tujuh mal tersebut, yang ukurannya terbesar adalah Menara Jakarta Shopping Mall di Kemayoran dengan luas area sewa mencapai 100 ribu meter persegi. Sedangkan mal dengan area sewa terkecil adalah MTC Tanah Abang di Tanah Abang dengan luas 3 ribu meter persegi.

Hingga 2021, total luas area sewa mal yang ada di Jakarta mencapai 4,86 juta meter persegi dengan tingkat okupansi mencapai 77,75%. Dengan demikian, masih ada area sewa yang belum memiliki tenant seluas 1,07 juta meter persegi.

Senior Research Advisor Knight Frank Syarifah Syaukat mengatakan sebagian besar mal atau pusar perbelanjaan itu berada di Jakarta Pusat. "Kami melihat distribusi pembangunan di Jakarta Pusat yang dominan karena ritel berada pada spot mixed used dengan fungsi-fungsi komersial yang lain," kata Syarifah dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/3).

Knight Frank mendata saat ini mayoritas properti ritel seperti mal berada di Jakarta Selatan yang mencapai 44%. Kemudian berada di Jakarta Utara mencapai 23%.

Knight Frank optimistis performa properti ritel pada 2022 akan membaik. Faktor pendorong perbaikan sektor ini yakni perbaikan kondisi ekonomi dan semakin menurunnya kasus Covid-19.

"(Selain itu, properti) ritel dikenal dengan sektor yang memiliki karakter short-term bounce atau pulih lebih cepat (dari krisis)," kata Syarifah.

Namun, tahun ini juga memiliki berbagai tantangan seperti ketidakpastian masih akan berlanjut dengan potensi
varian virus Covid-19 yang berdampak pada pembatasan jam operasi dan pengunjung. "Selain itu imbas konflik global yang berdampak terhadap inflasi dan daya beli masyarakan berkurang dan semakin lemah," kata dia.

Pada 2021, performa properti ritel tidak lebih baik dibandingkan 2020. "Kebijakan pembatasan atau PPKM Level 3-4 memberikan dampak signifikan terhadap penurunan okupansi di sektor ritel," kata Syarifah.

Reporter: Andi M. Arief