Pedagang pasar tradisional menilai impor daging kerbau bukan solusi untuk menstabilkan harga daging sapi di pasar. Harga daging sapi saat ini meroket hingga Rp 140 ribu per kilogram (Kg).
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyatakan daging sapi besutan peternak lokal dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik sebelum pandemi Covid-19. Setelah pandemi, volume produksi peternak sapi tercatat menurun dalam beberapa tahun terakhir.
"Impor juga tidak bisa menutup (masalah tingginya harga daging sapi saat ini). Artinya, ada persoalan yang harus dibenahi di hulu, entah (perbaikan) koordinasi (seperti) antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan," kata Sekretaris Jenderal DPP Ikappi, Reynaldi Sarijowan kepada Katadata.co.id, Rabu (23/3).
Pemerintah telah menerbitkan izin impor daging sapi sejumlah 97,62 ribu ton pada awal 2022. Namun, impor daging sapi yang terealisasi baru mencapai 5,39 ribu ton.
Oleh karena itu, pemerintah menugaskan Bulog untuk mengimpor daging kerbau dari India sebanyak 20 ribu ton dalam waktu 30 hari. Adapun, total perjanjian dagang importasi dengan India terkait daging kerbau mencapai 100 ribu ton pada tahun ini.
Stok daging sapi pada awal 2022 adalah 62,48 ribu ton. Sementara itu, produksi daging sapi pada empat bulan pertama 2022 diramalkan mencapai 167,11 ribu ton.
Berdasarkan data Kementan, volume kebutuhan daging sapi pada Januari-Mei 2022 mencapai 301,46 ribu ton. Sehingga, ada defisit daging sapi sebanyak 134 ribu ton tanpa adanya impor daging sapi dan kerbau.
Reynaldi menilai defisit tersebut seharusnya diselesaikan dengan mendorong produksi peternak lokal. Menurut dia, berkurangnya volume produksi daging sapi nasional merupakan salah satu akar tingginya harga daging sapi di pasar saat ini.
"Impor bukan solusi yang tepat menurut kami di situasi saat ini. Kalau ada kartel dan mafia pangan segera ditindak (dan) jangan menunggu lama," kata Reynaldi.
Dirut Perum Bulog Budi Waseso, atau biasa dipanggil Buwas, menyampaikan pihaknya juga akan berkontribusi dalam menjaga ketersediaan daging sapi di dalam negeri. Salah satu strategi yang sedang dilakukan adalah importasi daging kerbau sejumlah 100 ribu ton sepanjang 2022.
"Daging kerbau ini hanya untuk imbang saja (antara ketersediaan dan kebutuhan daging sapi nasional). Namun demikian, kami mengikuti perkembangan pasar, kami tidak akan mematikan produksi dalam negeri," kata Buwas.
Di sisi lain, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan ketersediaan daging sapi di dalam negeri cukup hingga dua kali Ramadan. Hal itu bisa dipenuhi jika seluruh sapi ternak nasional dipotong.
Yasin mendata produksi sapi maupun kerbau di dalam negeri pada Maret - Mei 2022 mencapai 445 ribu ekor atau setara dengan 80 ribu ton. Sementara itu, total daging yang akan diimpor mencapai 122,61 ribu ton.
Pada saat yang sama, total kebutuhan daging pada Maret-Mei 2022 ditaksir mencapai 202,93 ribu ton. Artinya, neraca daging sapi maupun kerbau nasional masih surplus lebih dari 31 ribu ton.
Oleh karena itu, Yasin mengatakan impor daging dibutuhkan, setidaknya dalam bentuk hewan hidup. Hingga saat ini, Yasin memastikan ketersediaan daging sapi akan cukup di pasaran.
"Kami sudah kontrol ke lapangan, semua (ketersediaan daging sapi maupun kerbau) masih siap," kata Yasin.
Australia merupakan pemasok impor daging sapi terbesar bagi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor daging sapi dari Negeri Kanguru mencapai 85 ribu ton atau sekitar 53% dari total impor seberat 160.197 ton. Adapun nilai impor daging sapi dari Australia mencapai US$ 296,3 juta setara Rp 4 triliun dari total nilai impor Rp 7,7 triliun.
Impor daging sapi Indonesia terbesar kedua dari India, yakni mencapai 45 ribu ton dengan nilai US$ 166 juta. Sementara terbesar ketiga berasal dari Amerika Serikat dengan berat 14 ribu ton senilai US$ 55,98 juta.