Ratusan Sapi NTT Tujuan Jakarta Tertahan di Jatim Imbas Wabah PMK

ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/rwa.
Petugas memberi minum sapi-sapi yang ditampung di kadang milik Karantina Hewan Kupang sebelum dikirim ke Banjarmasin dan DKI Jakarta di Kupang, NTT,Selasa (10/5/2022). Sapi-sapi NTT yang dikirim menggunakan kapal kargo dan melewati Jawa Timur terancam tidak dapat dikirim imbas adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sejumlah sapi yang berada di Jawa Timur dan Kalimantan.
11/5/2022, 18.37 WIB

Sebanyak 736 ekor sapi yang dikirim dari Nusa Tenggara Timur (NTT) tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Sapi tersebut rencananya akan dikirim ke DKI Jakarta, namun tertahan karena ada penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan yang mewabah di Jatim.

"Saat ini kapal sudah sandar di Surabaya. Sebab keputusan adanya PMK itu keluar bersamaan dengan berangkatnya kapal, sehingga tidak bisa dihindari lagi," kata Kepala Balai Karantina Hewan NTT, Yulius Umbu H di Kupang, Selasa (11/5).

Ia mengatakan, sapi-sapi itu rencananya akan dikirim ke DKI Jakarta melalui jalan darat. Namun, ratusan ekor sapi tersebut tidak bisa keluar dari pelabuhan karena Pemprov Jatim menutup lalu lintas hewan ternak di daerah itu.

“Sapinya juga tidak bisa dikembalikan ke Kupang lagi," kata Yulius.

Dia mengatakan, Pemprov NTT masih terus berkomunikasi dengan Balai Karantina Hewan di Surabaya untuk mencari solusi dari 736 sapi yang tertahan di daerah itu. Salah satu solusi agar sapi tersebut bisa masuk ke DKI Jakarta adalah dengan menggunakan kapal tol laut Cemara Nusantara milik pemerintah. Namun, pengiriman menggunakan kapal tol laut itu jumlahnya terbatas.

Yulius menegaskan, wilayah NTT hingga saat ini masih aman dari wabah PMK. Pihaknya pun telah menutup jalur masuk produk-produk kemasan daging ke NTT.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, memastikan penanganan dan penanggulangan PMK di Jawa Timur berjalan baik dan terkendali. Kementerian Pertanian mendukung penuh upaya berjenjang yang dilakukan pemerintah daerah dalam penanganan dan pengendalian PMK di wilayah masing-masing.

Indonesia tercatat bebas PMK sejak 1986 dan mendapatkan pengakuan internasional pada 1990. Syahrul berharap berbagai upaya mitigasi yang dilakukan pihaknya bersama pemerintah daerah dapat secara optimal menekan penyebaran PMK di sejumlah daerah.

“Dari hasil tes dan pemantauan di lapangan, disertai jumlah yang terinfeksi dengan tingkat kematiannya yang bisa dikatakan rendah, kita harapkan PMK kali ini berada pada level ringan," terang Syahrul.

Dukungan yang diberikan Kementan untuk menangani wabah PMK yaitu melalui pengerahan tim lapangan, obat-obatan, dan penelitian serta menghasilkan vaksin. “Kami lakukan langkah-langkah terpadu yang dapat meminimalkan angka penyebaran, baik dengan isolasi, lockdown wilayah atau kandang, kita lakukan tracing, dan intervensi obat-obatan,” ujarnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), produksi daging sapi di Indonesia sebesar 437.783,23 ton pada 2021. Jumlah itu turun 3,44% dibandingkan pada 2020 yang sebesar 453.418,44 ton.

Reporter: Antara