Bukan Impor, INDEF Sarankan Bulog Prioritas Serap Beras Petani

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom.
Pekerja menata karung berisi beras premiun bersubsidi dari Perum Bulog Meulaboh di salah satu tempat penjualan beras di Desa Gampa, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (8/11/2022).
Penulis: Nadya Zahira
18/11/2022, 19.42 WIB

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economic and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad meminta pemerintah berhati-hati dalam menyikapi menipisnya stok beras dalam negeri. Menurut Tauhid, pemerintah tidak perlu melakukan impor meskipun cadangan beras yang ada di gudang Bulog sedang menipis. Tauhid optimistis sediaan beras yang ada saat ini masih bisa memenuhi kebutuhan hingga masa panen tiba pada Januari 2023.

“Pertama kita lihat dulu statusnya sampai Januari tahun depan dan dari Bapanas (Badan Pangan Nasional) stok beras saat ini 7,55 juta ton, kebutuhannya rata-rata perbulan 2, 5 juta ton, memang stok di bulog kurang 800 juta ton,” ujar Tauhid kepada Katadata.co.id Jumat (19/11).

Menurut Tauhid usul yang disampaikan pemerintah dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, pada Rabu (16/11) untuk melakukan impor harus dikaji dengan matang. Pada rapat tersebut Bulog mengatakan stok beras di gudang Bulog hanya 651 ribu ton atau jauh lebih rendah dari angka ideal 1,2 juta ton.

Tauhid mengatakan pemerintah seharusnya dapat mengambil atau meminta stok beras kepada petani, pedagang, atau pengepul. Menurutnya, pemerintah bisa melakukan penyerapan beras karena masih terdapat beberapa daerah yang memiliki stok beras cukup banyak. Dengan begitu, Bulog tidak harus impor tapi menyerap beras di beberapa titik.

 Selain itu, Tauhid mengatakan, dalam kondisi stok beras yang sangat rendah seperti saat ini semestinya pemerintah mulai mengeluarkan cadangan melalui operasi pasar. Pemerintah tidak seharusnya  menaikan harga, ataupun gencar mengejar stok dengan melakukan impor beras

“Jadi menurut saya pemerintah tidak harus impor, buat apa impor? Kalau sekarang impor buat apa ada penghargaan mengenai stok beras yang pernah diterima oleh Presiden Jokowi,” ujar Tauhid.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), rata-rata harga beras mencapai Rp 12.250 per kg pada 15-18 November 2022. Harga tersebut naik Rp 600 per kg dibandingkan November 2021 sebesar Rp 11,650 per kg.

Sementara itu, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional juga mencatat rata-rata harga beras kualitas super I secara nasional mencapai Rp 12.850 per kg. Harga beras kualitas medium I mencapai Rp 11.700 per kg, dan beras kualitas bawah I mencapai Rp 10.750 per kg. 

Harga beras bulan ini juga naik tipis dibandingkan bulan lalu yang hanya mencapai Rp Rp 12.200. Kenaikan harga beras tahun ini mulai terjadi pada Agustus dimana harganya mencapai Rp 11.850 per kg, atau naik dibandingkan Juli seharga Rp 11.750 per kg. 

Rata-rata harga beras termahal ada di Kalimantan Selatan mencapai Rp 14.250 per kg. Serta untuk rata-rata harga beras termurah jatuh kepada Sulawesi Selatan Rp 10.100 per kg.

Reporter: Nadya Zahira