Anggaran Pangan Hanya 0,6%, Swasembada Dinilai Jadi Tantangan Besar

ANTARA FOTO/Arnas Padda/nym.
Petani memanen padi di area persawahan tadah hujan Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/5/2023).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
2/6/2023, 13.28 WIB

Berdasarkan Global Food Security Index, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di level 60,2 pada 2022. Angka tersebut lebih tinggi dari capaian 2020-2021 yang belum menembus level 60,0.

Adapun, indeks ketahanan pangan nasional tertinggi terjadi pada 2019 atau hingga 62,6. Sebagai informasi, indeks ketahanan pangan GFSI diukur berdasarkan keterjangkauan harga pangan; ketersediaan pasokan; kualitas nutrisi; dan keberlanjutan dan adaptasi.

Pada tahun lalu, GFSI menilai harga pangan di Indonesia cukup terjangkau dibanding negara-negara lain. Hal ini terlihat dari skor affordability Indonesia yang mencapai 81,4, cukup jauh di atas rata-rata Asia Pasifik yang skornya 73,4.

Namun, ketersediaan pasokan pangan Indonesia dinilai kurang baik dengan skor 50,9. Kualitas nutrisi juga hanya mendapat skor 56,2, sedangkan keberlanjutan dan adaptasi skornya 46,3. Di tiga indikator ini ketahanan Indonesia dinilai lebih buruk dibanding rata-rata negara Asia Pasifik.

Sementar itu, Badan Pangan Nasional atau NFA mendata 10 kabupaten dengan indeks ketahanan pangan tertinggi pada 2021 berada di Bali dan Jawa Tengah. Adapun, peringkat pertama hingga ketiga dalam daftar tersebut berada di bali, yakni Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Gianyar.

Di sisi lain, 10 kabupaten terendah pada 2021 ada di DI Aceh, Sumatra Utara, Maluku, Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Maluku Utara. Kabupaten dengan ketahanan terendah adalah Subulussalam di DI Aceh dengan skor 23,93.

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief