Impor jagung tahap pertama hingga akhir tahun ini hanya mencapai 171 ribu ton. Angka tersebut meleset dari target 250 ribu ton.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi tidak menjelaskan mengapa angka importasi tersebut lebih kecil dari target. Ia hanya memaparkan 171 ribu ton jagung akan dikirim ke Pelabuhan Tanjung Perak di Jawa Timur, Cigading di Banteng, dan Panjang di Lampung.
Jagung impor tersebut akan dinikmati peternak kecil seharga Rp 5.000 per kilogram. "Perkiraan akan sampai minggu kedua November 2023," kata Arief dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Rabu (8/11).
Sebagai informasi, angka 171 ribu ton merupakan realisasi kuota impor sejumlah 500 ribu ton untuk tahun ini. Seluruh jagung impor itu ditujukan bagi peternak layer atau kecil untuk menekan kenaikan harga daging ayam dan telur.
Dalam paparannya, mayoritas atau 141 ribu ton masuk melalui pelabuhan di Surabaya tersebut. Jadwal kedatangannya adalah 15 November, 8 Desember, 20 Desember, dan 25 Desember 2023.
Sisanya atau sebanyak 20 ribu ton masuk ke Pelabuhan Cigading pada 3 Desember 2023. Lalu, sebanyak 10 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Panjang pada 28 Desember 2023.
Ada tiga negara yang akan memasok jagung impor tersebut. Ketiganya adalah Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina.
Jagung impor tersebut hanya akan disalurkan ke peternak kecil oleh Perum Bulog. Perusahaan telah mendapatkan daftar identitas peternak kecil penerima jagung impor tersebut dari Kementerian Pertanian.
Bapanas mendata rata-rata nasional harga jagung telah mencapai Rp 7.100 per kg pada hari ini, Rabu (8/11). Angka tersebut lebih tinggi 42% dari Harga Acuan Pemerintah terhadap jagung di tingkat peternak senilai Rp 5.000 per kg.
Sebelumnya, Arief mencatat, neraca jagung nasional pada empat bulan terakhir mengalami defisit. Ia pun meminta Badan Pusat Statistik (BPS) untuk merilis hasil pendataan produksi jagung di dalam negeri secara tahun berjalan. Hal tersebut penting untuk memperbarui neraca jagung nasional yang saat ini masih mencatatkan surplus 5,5 juta ton.
Berdasarkan paparan Bapanas, proyeksi produksi jagung sepanjang 2023 mencapai 18,19 juta ton dengan rencana impor sejumlah 606.329 ton. Total kebutuhan jagung tahun ini mencapai 16,67 juta ton.
Surplus dalam neraca jagung tahun ini disebabkan oleh stok jagung awal 2023 yang mencapai 4,06 juta ton. Dengan demikian, ketahanan stoknya sepanjang tahun adalah 84 ton per hari.
Namun, neraca tersebut belum diperbarui dengan realisasi produksi sejak awal paruh kedua 2023. Arief menekankan, posisi pemerintah saat ini tidak harus mempertahankan surplus meski produksi di dalam negeri tetap harus diperbaiki.
"Kami harus menjelaskan kondisi hari ini produksi jagung berkurang karena El Nino, kurang air, bibitnya kurang bagus, dan pupuknya enggak sampai. Itu akan kami perbaiki," ujarnya.