Konsumsi Tepung Terigu Hanya Naik 1,8%, Industri Berharap pada Pemilu

ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/YU
Pekerja menata adonan roti sebelum dipanggang di salah satu usaha roti Dicky Bakery di Depok, Jawa Barat, Senin (11/7/2022).
Penulis: Andi M. Arief
15/12/2023, 18.06 WIB

Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia atau Aptindo mencatat konsumsi tepung terigu naik 1,8% secara tahunan pada periode Januari-September 2023. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan bahan baku makanan berbahan tepung lain.

Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies memaparkan bahwa konsumsi tepung terigu pada sembilan bulan pertama 2023 mencapai 5,01 juta ton. Angka tersebut setara dengan 6,43 juta ton gandum.

"Pertumbuhan konsumsi tepung terigu disebabkan oleh mulai pulihnya pabrikan dari pandemi Covid-19. Sejauh ini belum ada stimulus eksternal dalam pertumbuhan industri tepung terigu mengingat daya beli masyarakat tergerus karena bertambahnya angka pengangguran," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (15/12).

Ratna optimistis volume produksi industri tepung terigu akan tumbuh pada musim produksi 2023-2024 karena Pemilu 2024. Sebab peserta Pemilu 2024 kerap menggunakan makanan berbasis tepung sebagai salah satu barang dalam bantuan sembako saat kampanye.

"Produksi untuk memenuhi permintaan Pemilu 2024 sedang berjalan, jadi belum bisa kami hitung dampaknya. Sesudah Pemilu 2024 dampaknya baru bisa terdata," ujarnya.

Selain itu, Ratna mengamati ada perubahan pola konsumsi makanan berbasis tepung terigu di dalam negeri. Menurutnya, makanan berbasis tepung kini ditopang oleh masyarakat berpendapatan menengah ke bawah.

Ratna menjelaskan sebelumnya makanan berbasis tepung seperti roti, mi instan, dan kue didorong oleh masyarakat berpendapatan atas. Namun kelompok ekonomi sosial tersebut kini mengubah pola konsumsi makanan berbasis tepung lantaran menghindari gluten.

"Saat ini konsumsi terigu meningkat di pedesaan dan masyarakat berpendapatan bawah karena mi instan itu sangat murah. Beberapa ribu perak saja sudah bisa makan," ujarnya.

Sebelumnya, Ratna memperkirakan, konsumsi gandum sepanjang 2023 sama dengan capaian tahun lalu sekitar 8,5 juta ton. Untuk diketahui, konsumsi gandum tahun lalu turun 4,35% dari capaian 2021 sebanyak 8,92 juta ton.

Global Agricultural Information Network atau GAIN memproyeksikan konsumsi gandum di Indonesia akan susut 4,5% pada periode Juni 2022 sampai Mei 2023 menjadi 8,4 juta ton. Sementara itu, tahun politik akan meningkatkan konsumsi gandum menjadi 8,5 juta ton pada periode Mei 2023 sampai Juni 2024.

Peningkatan terbatas tersebut disebabkan oleh konsumsi gandum untuk pakan ternak yang menurun. GAIN menilai industri pakan ternak di dalam negeri akan mengganti bahan pokok pakan dari gandum menjadi jagung. Walaupun harga jagung untuk pakan telah naik, Gain mencatat harga gandum internasional lebih mahal dari jagung lokal.

Reporter: Andi M. Arief