Progres Pembangunan MRT Mangga Besar-Kota Capai 42,97%

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.
Kendaraan melintas di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta, Kamis (21/9/2023). ContraflowÊdiberlakukan di Jalan Gajah Muda dan Jalan Hayam Wuruk ke arah Jalan Hasyim Ashari dampak dari proyek pengerjaanÊmass rapid transitÊ(MRT) fase dua yang berlaku mulai 30 September 2023.
Penulis: Antara
Editor: Agustiyanti
10/1/2024, 09.54 WIB

BUMN infrastruktur, PT Hutama Karya menyebut progres pembangunan Mass Rapid Transit atau MRT Fase 2A CP 203 rute Mangga Besar-Glodok-Kota di Jakarta hingga saat ini mencapai 42,97%. Nilai proyek pembangunan jalur ini mencapai Rp 3,8 triliun. 

“Pembangunan ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berjalan dengan progres signifikan dari rencana awal,” ujar Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Tjahjo Purnomo, di Jakarta, Selasa (9/1), seperti dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, pembangunan proyek infrastruktur tersebut akan berfokus pada pengerjaan stasiun bawah tanah pada jalur Glodok dan Kota dengan luas 52,196 m2 serta terowongan sepanjang 684 m2. Pembanguna dimulai sejak September 2021 serta ditargetkan rampung pada bulan April 2027 mendatang.

Proyek ini digarap melalui kerja sama operasi (KSO) antara Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta (SMCC) dan Hutama Karya (SMCC-HK).  Pekerjaan yang dilakukan antara lain menggarap desain maupun bangunan yaitu D-Wall (dinding penahan tanah), penggalian, struktur, MEP (Mechanical, Electrical and Plumbing), arsitektur, reinstatement serta bored tunnel sepanjang 1,368 kilometer.

Tjahjo menjelaskan, pekerjaan yang sudah selesai hingga saat ini pada stasiun Glodok adalah membangun D-Wall, penggalian serta struktur dengan menyisakan pengerjaan MEP dan arsitektur. Sedangkan pada Stasiun Kota, pekerjaan yang telah selesai adalah membangun D-Wall serta untuk penggalian, struktur, MEP maupun arsitektur masih dalam proses penyelesaian.

Tjahjo menyampaikan bahwa sejumlah tantangan yang cukup signifikan dihadapi KSO SMCC-HK di antaranya ditemukan ODCG (Objek Diduga Cagar Budaya) pada saat proses konstruksi. Selan itu, lokasi proyek sempit dan berdekatan dengan bangunan cagar budaya maupun milik perorangan, sehingga perlu penanganan khusus.

“Pada prosesnya, tim di lapangan telah menyiapkan strategi penanganan dengan berkoordinasi kepada para ahli di bidang arkeologi untuk menangani benda cagar budaya tersebut serta menjalin kerja sama dengan tim ahli bangunan gedung (TABG), agar proses pengerjaan tidak berdampak pada bangunan lain di sekitar lokasi proyek,” ujar Tjahjo.

Ia mengatakan. Hutama Karya menerapkan beberapa teknologi dan inovasi, seperti penggunaan alat-alat berteknologi Jepang khususnya dengan mesin pengebor terowongan atau Tunnel Boring Machine (TBM) guna mempercepat progres pembangunan. Selain itu, juga dilakukan pengadaan sumber daya khusus untuk mengerjakan proyek terowongan, mempercepat proses fabrikasi serta mengubah tahapan konstruksi.

“Proyek ini nantinya dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk memberikan alternatif transportasi yang efisien, mengurangi kemacetan dan meningkatkan mobilitas masyarakat, namun juga memajukan potensi wisata budaya karena berada di kawasan Jakarta Kota,” ujar Tjahjo.