Profil Pabrik Amonium Nitrat yang Diresmikan Jokowi di Bontang

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/YU
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri BUMN Erick Thohir (keempat kanan), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (ketiga kanan), Mendag Zulkifli Hasan (kedua kanan) dan Ketua Wantimpres Wiranto (kanan) saat melepas keberangkatan pengiriman perdana produk amonium nitrat usai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) di Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (29/2/2024). Presiden mengapresiasi pembangunan pabrik amonium nitrat oleh BUMN yang mampu memproduksi 75.000 metrik ton amoni
Penulis: Agustiyanti
29/2/2024, 13.23 WIB

Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik amonium nitrat di Kawasan Industrial Estate (KIE), Bontang, Kalimantan Timur pada Kamis (29/2/). Pembangunan pabrik ini menelan biaya mencapai Rp 1,2 triliun. 

Pabrik tersebut merupakan milik PT Kaltim Amonium Nitrat, yang merupakan hasil patungan PT Pupuk Kaltimantan Timur dan PT DAHANA. Perusahaan didirikan sejak 2003 dan bergerak di bidang industri kimia meliputi industri ammonium nitrat, asam nitrat dan produk-produk turunannya. 

Produk amonium nitrat sendiri dapat digunakan sebagai bahan baku campuran produksi pupik NPK hingga produk non pertanian seperti bahan tambahan untuk peledak. Selama ini, 21% kebutuhan amonium nitrat di dalam negeri masih dipenuhi dari impor. 

Permintaan amonium nitrat dalam negeri tercatat mencapai 560.000 metric ton dengan produksi 300.000 metric ton per tahun. Adapun pabrik yang baru diresmikan di Bontang ini akan memproduksi amonium nitrat 75 ribu metric ton per tahun. 

Jokowi dalam peresmian pabrik mengatakan, pendirian pabrik amonium nitrat ini akan mengurangi impor produk tersebut sebesar 8%. Ia berharap BUMN semakin aktif untuk berupaya menutup selisih impor sebesar 13% yang masih tersisa.

Seremoni peresmian pabrik amonium nitrat milik PT Kaltim Amonium Nitrat turut dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Panglima TNI Agus Subiyanto, serta PJ Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik.

Menteri BUMN Erick Thohir dalam kesempatan yang sama mengatakan, tingkat produksi pupuk nasional saat ini berada di posisi 6 terbesar di dunia. Dia mengatakan perusahaan pupuk di dalam negeri harus terintegrasi dengan industri petrokimia di bawah PT Pertamina agar mempercepat proyek hilirisasi nasional. 

"Karena nanti akan ketemu titiknya bagaimana downstream daripada petrokimia dirasakan secara menyeluruh untuk bangsa dan negara," kata Erick.