Mentan Amran soal Harga Beras Mahal: Karena Pupuk Subsidi Berkurang

ANTARA FOTO/Aulliya Rahman/Spt.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut, ketersediaan pupuk yang anjlok sejak 2019 menjadi akar masalah kenaikan harga beras saat ini.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
13/3/2024, 12.37 WIB

Harga beras terus melambung pada awal tahun ini, bahkan mencetak rekor tertinggi dalam sejarah pada bulan lalu. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan salah satu akar kenaikan harga beras adalah minimnya pasokan pupuk bersubsidi.

Menurut dia, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menekan produksi gabah dan membuat penggilingan padi memperebutkan gabah yang ada.

Amran mencatat, pasokan pupuk bersubsidi mulai susut sejak dirinya lengser sebagai Menteri Pertanian pada 2019. Menurut Amran, pemerintah sebenarnya sudah konsisten menganggarkan pupuk bersubsidi sejumlah 9,55 juta ton pada 2014-2018.

Ia menjelaskan, pasokan pupuk bersubsidi mulai turun pada 2019 menjadi 8,87 juta ton dan kembali susut pada 2022 menjadi 7,78 juta ton. Amran menghitung, pasokan pupuk bersubsidi menjadi hanya sekitar 50% dibandingkan ketersediaan pada 2018 atau 4,73 juta ton pada 2024.

"Selain itu tidak semua petani mendapatkan akses pupuk dan dampak El Nino masih berlangsung sampai saat ini. Namun, kondisi stok beras pada Maret-Mei 2024 masih aman," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Rabu (13/3).

Oleh karena itu, Amran menilai ketersediaan beras selama Ramadan dan Idul Fitri 2024 akan tercukupi. Walau demikian, ia mengaku khawatir terkait performa produksi beras pada Juni-Oktober 2024.

Amran telah berusaha mengembalikan alokasi pupuk subsidi tahun ini naik menjadi 9,55 juta ton. Hal tersebut berhasil dilakukan dengan penambahan anggaran subsidi pupuk pada paruh kedua 2024 mencapai Rp 14 triliun.

Selain itu, ia mengatakan syarat pengambilan pupuk bersubsidi pada tahun ini akan dipermudah dengan hanya menggunakan Kartu Tanda Penduduk. Untuk diketahui, hal tersebut dapat dilakukan karena sistem digital distribusi PT Pupuk Indonesia, iPubers.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi sebelumnya melihat kondisi pasokan beras pada tahun ini akan aman ditopang pasokan beras dari panen raya yang berlangsung mulai bulan ini. Rahmad justru mencemaskan situasi beras pada tahun depan.  

Rahmad menjelaskan, pihaknya dapat mengetahui proyeksi produksi beras berdasarkan waktu pemupukan. Ia mengaku tak khawatir dengan pasokan tahun ini karena panen raya akan terjadi pada Maret hingga Mei.

"Saya justru tidak bisa tidur memikirkan setelah 2024 karena kebijakan harga gas bumi tertentu akan berakhir dan apakah akan diteruskan," ujar Rahmad saat berbicara di IDE 2024 dalam sesi "Tasting the Future: Driving Sustainable Food Security" di Jakarta, Selasa (5/3).

Ia menjelaskan, pupuk menjadi salah satu faktor dalam produksi padi. Sementara gas adalah salah satu bahan baku utama pupuk. Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 15 Tahun 2022, industri pupuk termasuk salah satu yang menikmati harga gas murah sebesar US$ 6 per MMBTU. Namun, kebijakan tersebut akan berakhir tahun ini.  

Menurut Rahmad, jika kebijakan harga gas bumi tertentu atau HGBT tak dilanjutkan, harga pupuk berpotensi naik tajam dan mempengaruhi harga pangan, termasuk beras. Ia bahkan khawatir petani akan berhenti bertani jika harga pupuk melonjak karena kenaikan harga gas.

Reporter: Andi M. Arief