Kementerian Pertanian memproyeksi produksi beras rendah pada Juni-Oktober 2024. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyiapkan tiga strategi untuk mengatasi kemungkinan rendahnya produksi beras pada paruh kedua tahun ini.
Amran menjelaskan, rendahnya produksi padi pada Juni-Oktober 2024 disebabkan berkurangnya luas tanam padi pada Februari 2024. Ia mencatat, rata-rata areal tanam pada Februari 2023-2024 mencapai 810.781 hektare atau susut 23,32% dibandingkan capaian Februari 2015-2019 seluas 1,05 juta hektare.
"Karena itu, kondisi harga beras saat ini naik kurang lebih 56% dibandingkan 2019, sehingga kami anggap kondisi ini darurat pangan yang harus dicarikan solusi," kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR, Rabu (13/3)
Solusi pertama yang disiapkan Amran adalah menambah volume pupuk bersubsidi tahun ini menjadi 9,55 juta ton. DPR telah menyetujui anggaran pupuk bersubsidi 2024 dengan volume 4,73 juta ton senilai Rp 26,68 triliun pada tahun lalu
Anggaran tersebut berubah pada awal tahun ini setelah Presiden Joko Widodo menambah anggaran subsidi pupuk sekitar Rp 14 triliun. Dengan demikian, total anggaran pupuk bersubsidi pada tahun ini mencapai sekitar Rp 40 triliun dengan volume 9,55 juta ton.
Kedua, memperluas area tanam sawah melalui skema pompanisasi atau pemanfaatan air dangkal/tanah dengan pompa ke lahan pertanian. Amran berencana menambah areal tanam hingga 1,5 juta hektare di 11 provinsi, terdiri dari 1 juta hektar dengan perlakuan pompanisasi dan 500.000 hektare akan ditanami padi tanah kering atau padi gogo.
"Kementerian Pertanian berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk rencana pompanisasi di saluran sungai primer dan sekunder," katanya.
Ketiga, melakukan optimalisasi penanaman padi lahan rawa di 10 provinsi seluas 400.000 hektar. Amran mengatakan , solusi kedua dan ketiga dapat dilakukan jika pemerintah menyetujui Anggaran Bellanja Tambahan senilai Rp 5,8 triliun.
Selain itu, menurut dia, Kementan akan melakukan refocusing anggaran tahun ini senilai Rp 7,74 triliun. Refocusing anggaran senilai Rp 5,12 triliun akan berasal dari internal, sedangkan Rp 2,61 triliun berasal dari eksternal.
"Anggaran itu untuk mendukung produksi padi di seluruh negeri melalui kegiatan pompanisasi lahan kering, optimalisasi rawa dan penanaman padi gogo, serta penyediaan benih bermutu," ujarnya.