Badan Pangan Nasional memberikan sinyal akan mengimpor beras dari India pada paruh kedua tahun ini. Mayoritas beras impor yang telah masuk ke dalam negeri saat ini berasal dari Asia Tenggara, khususnya Vietnam dan Thailand.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, impor beras merupakan alternatif terakhir untuk menjaga pasokan beras nasional. Namun Arief menilai importasi beras umumnya berasal dari Asia Tenggara agar biaya distribusi dapat ditekan.
"Namun bukan tidak mungkin nanti impor beras berasal dari India. Saat ini keran ekspor beras dari India ditutup selama Pemilu, kalau pemilunya selesai apakah akan masih ditutup?" kata Arief di Gedung DPR, Kamis (20/6).
India telah melarang ekspor beras putih non basmati sejak pertengahan 2023. Negeri Bollywood ini sebelumnya melarang ekspor beras pecah sejak September 2022.
Arief menekankan, pemerintah mengizinkan importasi beras datang dari semua negara. "Namun pengadaan beras nomor satu tetap dari dalam negeri," ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi berencana mendirikan agen beras di Kamboja untuk mengamankan pasokan beras dari Negara Angkor Wat. Untuk diketahui, aksi korporasi tersebut merupakan langkah awal Bulog untuk mengakuisisi sumber beras impor di Kamboja.
Bayu mengatakan tujuan pendirian agen beras di Kamboja merupakan tindak lanjut kebijakan 25 negara yang menutup keran ekspor beras. Menurutnya, pendirian agen beras di Kamboja akan mengamankan pasokan beras impor dari Asia Tenggara.
"Luas tanam padi saja sudah turun hampir 37% di dalam negeri. Pemerintah harus melakukan tindakan berjaga-jaga, jadi kami cari sumber pasokannya dari luar," kata Bayu.
Bayu meyakinkan pendirian agen beras di Kamboja tidak akan mengancam petani lokal. Bayu menegaskan akan tetap memprioritaskan pasokan beras dari dalam negeri lantaran proses pengadaannya yang lebih mudah.
Ia mengatakan agen beras milik Bulog di Kamboja dapat memperdagangkan berasnya di pasar internasional jika beras di Indonesia tersedia. Namun Bayu menekankan prioritas pertama Bulog adalah pengadaan beras di dalam negeri.
"Urusan makanan nomor satu adalah ketersediaan barang, fisiknya harus ada. Kami tidak bisa main-main, karena pangan harus tersedia," ujarnya.