Orang Kaya Dunia Ray Dalio Akan Bertemu Jokowi dan Prabowo, Bahas Family Office?
Investor kawakan yang masuk dalam jajaran orang terkaya dunia Ray Dalio dijadwalkan untuk bertemu Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Pertemuan Ray Dalio dengan Jokowi dan Prabowo antara lain akan membahas rencana pembentukan firma penasihat pengelola keuangan atau family office.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pertemuan Dalio dengan Jokowi dan Prabowo akan membahas banyak hal. "Saya juga usul, dia membahas terkait family office," ujar Luhut saat berbincang dengan Research Director Katadata Insight Center Gundy Cahyadi di sela-sela Indonesia Africa Forum Bali, Minggu (1/9).
Ia membuka kemungkinan Dalio dapat menjadi penasihat informasl pembentukan family office di Indonesia. Dalio diharapkan ikut membantu meyakinkan investor-investor potensial agar menempatkan dananya di Indonesia. "Tentu dengan pengalamannya di capital market, sebagai the biggest hedge fund," ujar Luhut.
Luhut mengaku berteman baik dengan Dalio. Perkenalannya dengan pendiri OceanX ini dimulai di Abu Dhabi pada 2021 melalui Presiden Uni Emirat Arab Muhamamad Bin Zayed. Dari pertemuan tersebut, tercetuslah rencana kerja sama OceanX dengan untuk mengeksplorasi pedalaman laut Indonesia.
"Saya bilang silakan kerja sama, tapi setiap kegiatanmu harus ada Indonesia," katanya. Tim OceanX melakukan eksplorasi laut dalam dengan menggunakan dua kapal selam berawak yang bisa menyelam hingga kedalaman 1.000 meter. Mereka juga akan menggunakan remote operated vehicle alias kapal selam robot yang bisa menyelam hingga kedalaman 6.000 meter.
Kapal OceanXplorer dilengkapi dengan laboratorium untuk menganalisis DNA dari spesimen yang dikumpulkan oleh para peneliti. Datanya akan dioleh secara real time. Selain itu, kapal memiliki kemampuan full acoustic mapping untuk menganalisis kondisi dasar laut serta CTD profilling system untuk menganalisis nutrisi, misalnya.
Luhut sebelumnya telah membentuk task force atau satuan tugas guna menyiapkan pengelolaan dana berbasis keluarga atau family office di Indonesia. Ia memastikan Indonesia memiliki keunggulan daya saing dengan negara/wilayah lain seperti Singapura dan Hog Kong yang sudah memililiki ribuan family office.
“Presiden sudah memberikan arahan, saya diminta tadi untuk menyiapkan task force (satuan tugas) ini dalam satu bulan ke depan,” ujar Luhut.
Ia menjelaskan, butuh persiapan untuk membentuk Wealth Management Consulting (WMC). Beberapa hal perlu dirumuskan di lintas Kementerian/Lembaga, seperti perancangan sistem perpajakan dan regulasi yang mendukung aset asing, stabilitas dan kondusifitas politik dan pemerintahan, penyedia jasa manajemen aset, serta lingkungan bisnis yang mendukung. Luhut kembali menekankan peluang besar untuk membangun family office di Indonesia.
Ia mengutip data dari The Wealth Report yang menyebutkan bahwa populasi individu super kaya raya di Asia diperkirakan akan tumbuh sebesar 38,3% selama periode 2023-2028. Peningkatan jumlah aset finansial dunia yang diinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat.
"Berangkat dari tren tersebut, saya melihat adanya kesempatan bagi Indonesia untuk menarik dana-dana dari family office global," kata dia. Dari perhitungan terkini, menurut dia, ada sekitar US$ 11,7 triliun dana kelolaan family office di dunia.
Family office sendiri merupakan salah satu upaya untuk menarik kekayaan dari negara lain untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan memiliki family office, menurut dia, bukan hanya meningkatkan peredaran modal di dalam negeri nantinya, tetapi juga menghadirkan potensi peningkatan PDB dan lapangan kerja dari investasi dan konsumsi lokal.
Luhut menyebut, ada beberapa negara di dunia yang menjadi tuan rumah dari aset tersebut. Dua diantaranya dari Asia yakni Singapura dengan 1500 family office, dan Hongkong yang memiliki 1400 family office. Namun, menurut dia, peningkatan kondisi geopolitik di Hongkong, serta perubahan regulasi investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor.
"Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi alternatif dengan membentuk wealth management centre, karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat, kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral," ujar Luhut.