Prabowo dan Pebisnis Jepang Bahas Proyek Gas Masela dan Tanggul Laut Raksasa
Presiden Prabowo Subianto mengundang pengusaha Jepang yang tergabung dalam Japan Indonesia Association atau Japinda ke Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (5/12). Mereka membahas proyek gas alam cair Abadi Blok Masela dan tanggul laut raksasa atau giant sea wall.
Forum tersebut juga dihadiri oleh 20 delegasi Japinda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani.
Rosan mengatakan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela bakal memulai proses perancangan proyek awal. Selain itu, menetapkan keputusan final investasi atau final investment decision (FID) proyek gas Masela tahun depan.
“Inpex berharap proyek Masela segera jalan tahun depan. Proyek ini sudah sejak 2000 atau 20 tahun,” kata Rosan usai pertemuan tersebut, di Jakarta, Kamis (5/12).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM mencatat cadangan gas yang tersimpan di perut bumi Masela 4 triliun kaki kubik. Ladang gas yang terletak di Kepulauan Tanimbar, Maluku ini mengandung gas hingga 27,9 juta kaki kubik, dengan estimasi produksi sekitar 9,5 juta ton gas alam cair per tahun dan 35.000 barel kondensat per hari.
Selain Inpex, PT Pertamina dan Petronas memiliki hak kelola masing-masing 20% dan 15%.
Pada pertemuan dengan Prabowo, Japinda berkomitmen memberikan bantuan untuk pembangunan proyek tanggul laut raksasa di Jakarta 40 - 600 kilometer (km). Pemerintah berharap Japinda dapat berkontribusi dalam aspek pendanaan dan konstruksi.
"Anggota mereka juga bergerak di bidang konstruksi. Pemerintah berharap bisa berpartisipasi," kata Rosan.
Pemerintah berencana mengakselerasi pembangunan tanggul laut raksasa di sejumlah daerah yang berada di jalur pesisir pantai utara Jawa.
Rencana pembangunan giant sea wall di Pulau Jawa diawali dengan pengadaan tanggul laut di wilayah pesisir Jakarta Rp 164,1 triliun.
Pembangunan giant sea wall di Pantura dinilai mendesak, seiring laju penurunan tanah Pantura berada di kisaran satu sampai 25 sentimeter (cm) per tahun.
Di sisi lain, terdapat ancaman dari lepas pantai berupa kenaikan permukaan air laut satu sampai 15 cm per tahun di beberapa lokasi, serta fenomena banjir Rob.
Estimasi kerugian ekonomi secara langsung akibat banjir tahunan di pesisir Jakarta Rp 2,1 triliun per tahun. Angka ini bisa meningkat terus setiap tahunnya hingga Rp 10 triliun per tahun dalam 10 tahun ke depan.
Studi Japan International Cooperation Agency alias JICA pada 2020 menunjukkan kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata di kawasan Pantura Jawa menyumbang 20,7% PDB nasional.
Kawasan Pantura Jawa menampung 70 kawasan industri, lima kawasan ekonomi khusus, 28 kawasan peruntukan industri, dan lima wilayah pusat pertumbuhan industri.