Apindo Soroti Angka Pengangguran Muda RI: 67% Berasal dari Usia 15-29 Tahun
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyoroti tingginya angka pengangguran muda di Indonesia. Dari total pengangguran yang ada, 67% berasal dari kelompok usia 15 hingga 29 tahun.
Menurut Shinta, kondisi ini menunjukkan bahwa generasi muda kesulitan memasuki pasar kerja. Meski angka pengangguran terbuka secara nasional cenderung menurun, pemutusan hubungan kerja (PHK) tetap terjadi, sehingga banyak yang akhirnya beralih ke sektor informal.
“Karena pengangguran terbuka itu termasuk masyarakat yang bekerja di sektor informal. Jadi kalau dilihat, masyarakat yang hanya bekerja satu jam selama satu minggu pun dianggap sebagai pekerja. Ya jelas saja kalau dianggap bahwa pengangguran itu akan rendah,” ujar Shinta dalam acara Meet the Leaders yang diselenggarakan Universitas Paramadina, dikutip Minggu (14/9).
Shinta menekankan, sektor informal tidak bisa menjamin kepastian penghasilan maupun kesejahteraan pekerja. Ia mencatat, saat ini hampir 60% tenaga kerja di Indonesia masih bekerja di sektor informal.
“Jadi sekarang saya selalu berdebat dengan pemerintah tentang jumlah pengangguran,” kata Shinta.
Serapan Kerja Rendah
Shinta juga mengungkapkan tingginya kesenjangan antara kebutuhan lapangan kerja dan serapan tenaga kerja di Indonesia. Pada 2024, kebutuhan lapangan kerja diperkirakan mencapai 12,2 juta orang. Namun, jumlah tenaga kerja yang terserap hanya 4,8 juta atau sekitar 39%.
“Jumlah kebutuhan lapangan kerja itu lebih tinggi dibandingkan jumlah tenaga kerja yang terserap. Akibatnya terjadi gap dari meningkatnya pengangguran,” jelasnya.
Menurut Shinta, tren tujuh tahun terakhir memperlihatkan masalah struktural dalam penciptaan lapangan kerja. Setiap tahun, kebutuhan kerja berkisar 9,5 juta hingga 12,6 juta orang, tetapi yang terserap hanya 2,4 juta hingga 4,8 juta orang.
“Tren ini menunjukkan masalah struktural dalam penciptaan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Selain jumlah lapangan kerja, Shinta menyoroti persoalan kualitas sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan survei Apindo, mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan rendah, dengan 36,5% hanya lulusan sekolah dasar. Sementara lulusan perguruan tinggi baru mencapai 12%.
Tak hanya itu, hanya 26% pelaku usaha yang menilai kualitas tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
“Jadi kita masih punya masalah besar dengan link and match, apa yang keluar dari pendidikan tidak bisa terserap di industri. Belum lagi sekarang kita masuk ke era digitalisasi yang tentunya lebih sulit lagi,” kata Shinta.