Sejarah Monorel Jakarta: 21 Tahun Mangkrak, Akan Dibongkrak Pramono

Katadata/Fauza Syahputra
Pengendara melintas di dekat tiang monorel yang mangkrak di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (22/10/2025). Pemprov DKI Jakarta berencana membongkar tiang monorel di Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika pada Januari 2026 sebagai upaya dalam menata kawasan tersebut menjadi lebih rapi.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
27/10/2025, 16.34 WIB

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menargetkan pembersihan tiang monorel atau kereta api satu rel yang mangkrak di Jalan HR Rasuna Said hingga Jalan Asia Afrikadapat selesai pada 2026.

Dia mengaku tidak dapat tidur dengan nyenyak akibat proyek pembangunan monorel Ibu Kota yang tidak kunjung rampung sejak dimulai pada awal 2000-an sampai saat ini. "Saya saat itu mendampingi Presiden Megawati Soekarnoputri meninjau pembangunan monorel, dan hingga hari ini belum tuntas, hingga saat ini," kata Pramono dikutip dari Antara, Senin (27/10).

Pria yang akrab disapa Pram itu mendambakan agar pembangunan moda transportasi berbasis rel itu segera dilanjutkan dan diselesaikan. Dia juga ingin melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai oleh gubernur-gubernur sebelumnya.

Sejarah Monorel

Proyek monorel Jakarta dimulai sejak era Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pembangunannya diresmikan oleh Presiden Megawati  pada 14 Juni 2004.

Proyek ini dibagi menjadi dua jalur, yakni jalur hijau dan jalur biru, dengan kapasitas angkut 120 ribu jiwa per hari. Monorel jalur hijau sepanjang 14,2 kilometer akan melayani rute Semanggi-Kuningan. Jalur biru sepanjang 12,2 kilometer melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy.

Tiga tahun kemudian, pada 2007 Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (ASBANDA), melalui anggotanya Bank DKI, berencana memberikan dukungan dana kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun monorel.  

Dikutip dari Antara, Badan Pelaksana Harian Asbanda menyatakan, Bank DKI diperkirakan memberikan sindikasi pinjaman kepada Pemprov antara  Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar untuk mendukung pembangunan monorel. Namun rencana ini tidak ada membuahkan hasil.

Pemprov DKI Jakarta lalu menyatakan proyek tersebut tidak akan dilanjutkan karena penggarap proyek, yakni PT Jakarta Monorail, tidak bisa memenuhi kebutuhan finansial yang ada.

"Pemerintah daerah akan segera mengakhiri masa perjanjian kontrak dan melakukan konsesi dengan PT Jakarta Monorel selaku investor dan pengembang mega proyek monorel," kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo pada 27 Oktober 2011.

Di tengah mangkraknya proyek monorel, pada April 2013 Ortus Holding Limited, grup yang bergerak di bidang investasi dan manajemen. melunasi utang PT Jakarta Monorail dan menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan tersebut. 

Kala itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan monorel di Tugu 66, Rasuna Said.  Namun peletakan tersebut ternyata tak cukup menggerakkan kelanjutan proyek. Ketidakpastian proyek membuat gubernur selanjutnya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyetop pembangunan monorel.

Kala itu, PT Jakarta Monorail sempat sesumbar sudah memiliki dana Rp 25 triliun untuk melanjutkan proyek. Namun, saat Ahok meminta jaminan bank 5% dari nilai proyek, perusahaan tidak kunjung memberikan. Pemprov akhirnya memutus kontrak dengan PT Jakarta Monorail. 

Berencana Evaluasi

Pada 2020, Pemprov DKI Jakarta berencana mengevaluasi proyek monorel. "Monorel ini sudah enam gubernur sejak Bang Yos (Sutiyoso) hingga Pak Djarot dan sekarang Pak Anies. Pak Gubernur dalam waktu dekat melakukan evaluasi menyeluruh dan menyikapi secara baik," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria dikutip dari Antara.

Pemprov menyadari hal tersebut tidak mudah karena ada keterlibatan badan usaha milik negara atau BUMN Karya yang membentuk badan usaha bersama dengan investor. Persoalan ini, menurut dia, harus ada keputusan yang adil apakah nantinya tiang dicabut atau dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Adapun tiang-tiang monorel di Jalan HR Rasuna Said sampai sekarang tidak terpakai meskipun ada proyek pembangunan LRT Jabodebek. 

PT Adhi Karya selaku kontraktor proyek LRT Jabodebek lebih memilih membangun tiang baru di tengah Jalan HR Rasuna Said. Lokasinya terpisah dari tiang monorel yang berada lebih ke pinggir jalan, tepatnya di sekitar pembatas jalur cepat dan jalur lambat.

Merapikan Tiang Monorel

Rencana merapikan tiang monorel mulai diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta saat ini, Pramono Anung, pada Mei 2025.

“Kolom-kolom untuk monorel sampai hari ini semuanya enggak ada yang mau menyentuh untuk diselesaikan. Kalau bagi saya pribadi ini adalah hal yang harus diselesaikan,” kata Pramono.

Ia mengatakan, proyek itu mangkrak dikarenakan persoalan-persoalan hukum antara kontraktor, pelaksana, dan lainnya. Dampaknya, tiang monorel yang mangkrak sangat mengganggu keindahan Ibu Kota. Karena itu, dia ingin segera menyelesaikan masalah hukum yang ada dan merapikan tiang-tiang itu.

Kendati demikian, Pramono mengatakan belum memastikan nantinya tiang itu akan dibongkar atau difungsikan untuk hal lain karena hal itu tergantung keputusan yang nantinya akan disepakati bersama-sama.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Mela Syaharani