Peran Penting Ilmu Sosial dalam Penyelesaian Masalah Pandemi

Katadata/Adi Maulana Ibrahim
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
20/5/2020, 12.05 WIB

“Padahal proses sosial-ekonomi-politik dapat mempengaruhi karakteristik suatu teknologi yang muncul. Pun secara bersamaan teknologi memberikan dampak sosial-ekonomi-politik tertentu” ujarnya.

Setidaknya terdapat empat kelompok sosial yang mempengaruhi kemunculan teknologi ventilator mobile di masyarakat. Pertama, producer atau kelompok yang secara langsung terlibat dalam pembuatan dan pendanaan teknologi. Kedua, advocate atau kelompok pembuat kebijakan, pelobi, dan pengusul pembuatan teknologi. Ketiga, user atau para pengguna seperti rumah sakit. Terakhir, bystander, aktor lainnya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses inovasi dan terlibat dalam konstruksi sosial sebuah inovasi teknologi

Ilmu Soshum dalam Riset Multi-Disiplin

Upaya mencari jalan keluar terbaik dalam penanganan wabah pada dasarnya tak luput dari kolaborasi riset multi-disiplin. Melalui pertemuan ilmu eksakta dengan ilmu sosial-humaniora. Ini dapat menggambarkan peran penting riset sosial-humaniora (soshum).

Ilustrasi Penanganan Covid-19 (Katadata/Adi Maulana Ibrahim)

Menurut Manneke, sumber penelitian ilmu soshum dapat ditemukan pada kejadian sehari-hari. “Kita sebetulnya pergi kemana-mana untuk memetakan dan mencari model kreatif apa yang terjadi di banyak tempat untuk ditularkan ke tempat lain dengan segala permasalahan yang ada,” ujarnya.

Selain itu, ia mengungkapkan, ilmu soshum dapat menguji kebermanfaatan suatu produk bagi manusia. Ilmu soshum hanya dapat divalidasi ketika bermanfaat untuk memajukan cara hidup dan berpikir manusia menuju ke arah yang lebih baik. Ilmu soshum juga bertugas untuk menunjukkan adanya dampak yang tidak terprediksi tapi muncul dalam realita sosial.

Manneke menjelaskan, ilmu sains memang dapat menjadi solusi jangka pendek untuk menangani persoalan, seperti menghadapi covid-19 ini. Namun, ilmu soshum menawarkan solusi jangka menengah dan panjang. “Saintek berpikir bahwa mereka menciptakan produk atau desain tapi di situ mereka berhenti. Lalu kita (riset soshum) mulai bergerak karena kemudian kita lah yang menguji kebermanfaatan produk ini kepada manusia,” katanya.

Adapun Irsan mengungkapkan, ada tiga indikator untuk mengukur dampak suatu riset, termasuk soshum. Pertama, academic excellence di mana penelitian soshum dapat dijadikan dasar riset selanjutnya di bidang soshum ataupun bidang lainnya. Kedua, economic benefit yakni riset yang bermanfaat untuk kesejahteraan ekonomi (dan masyarakat). Ketiga, social impact yang memiliki manfaat sosial bagi masyarakat.

Ketika salah satu dari tiga ini terpenuhi sudah cukup sebetulnya,” tutur Irsan.

Untuk mengukur inovasi sosial dalam riset multi-disiplin, Dandelion Uni Eropa menuliskan konsep berjudul Inclusive, Innovative and Reflective Societies-Sensitive Valorization Concept pada 2018. Di dalamnya menyebutkan tiga indikator penting.

Pertama, dampak yang dihasilkan dari sebuah riset. Dampak tersebut dapat diukur ketika suatu riset diadaptasi oleh pemangku kebijakan, kelompok masyarakat sipil, atau diakui pada penulisan akademik. Kedua, penelitian tersebut terlihat dampaknya ketika direplikasi untuk mengatasi masalah di tempat lain. Terakhir, memiliki dampak berkelanjutan di masyarakat.

Hal tersebut harus melalui siklus penelitian yang memiliki lima fase. Dimulai dari diagnosis permasalahan, penetapan agenda penelitian, implementasi program, pemanfaatan hasil, hingga evaluasi dampak dan penilaian. Di dalamnya terdapat siklus pelibatan beragam pemangku kepentingan mulai akademisi, organisasi masyarakat sipil, pengusaha, dan pembuat kebijakan.

Halaman: