Perang Browser II, Konflik Sengit dan Berkepanjangan Antar Peramban
Keberadaan browser atau peramban yang umum ditemui saat ini tidak muncul begitu saja. Kemunculan banyaknya peramban yang dapat digunakan pengguna komputer saat ini, terbentuk dari konflik sengit dan berkepanjangan, yang kerap disebut sebagai "Perang Browser".
Sebelumnya, selama periode 1995-2001 persaingan sengit antar peramban sudah terjadi. Peristiwa yang populer disebut Perang Browser I tersebut, utamanya merupakan "konflik" antara Netscape, browser populer pertama dunia, dengan Internet Explorer, browser besutan raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Microsoft.
Perang Browser I memunculkan Internet Explorer sebagai pemenang. Kemenangan yang diraih sedemikian mutlak, hingga Netscape benar-benar hilang, dan peramban besutan Microsoft menguasai pangsa pasar penggunaan browser global, yakni sebanyak 96% pada 2002.
Posisi ini bisa diraih, karena Microsoft mengambil strategi bundling Internet Explorer dengan sistem operasi-nya, Windows. Seiring penggunaan Windows yang meningkat, maka Internet Explorer semakin banyak digunakan.
Perang Browser II
Namun, kemenangan ini tidak berlangsung lama. Microsoft lengah dan terbuai dengan kemenangannya dalam Perang Browser I. Seperti layaknya Prancis yang terlalu nyaman dengan posisinya sebagai pemenang Perang Dunia I, dan akhirnya "hancur" karena serangan Blizkrieg dari Jerman.
Keteledoran Microsoft dan Kemunculan Penantang Baru
Dengan matinya Netscape, Internet Explorer menjadi satu-satunya peramban di dunia. Tetapi selalu ada kerugian dari monopoli, karena tanpa persaingan, Microsoft teledor, karena terbukti tidak banyak melakukan pembaruan pada browser-nya.
Versi baru hanya hadir dengan beberapa penambahan kecil dan perbaikan pada bug. Teknologi dunia berkembang pesat, tetapi Internet Explorer hanya menawarkan sedikit kemajuan sejak akhir Perang Browser I.
Di saat yang sama, di antara puing-puing kehancuran Netscape, muncul browser baru yang menjadi penantang serius dalam persaingan pangsa penggunaan peramban global. Browser tersebut, bernama Mozilla Firefox, yang resmi diluncurkan pada 2004.
Mozilla Firefox diciptakan oleh beberapa anggota Netscape yang membentuk sebuah komunitas, yakni Mozilla. Anggota komunitas Mozilla mulai membuat penerus spiritual Netscape dengan kode "Phoenix" dan merilis versi beta Firefox pada tahun 2002.
Firefox beta mendapat pujian untuk kecepatan, keamanan, dan karakteristik add-on, yang akan menentukan perbedaannya dari Internet Explorer 6 Microsoft yang saat itu dominan. Pada 9 November 2004, Mozilla Firefox resmi dirilis, dan menjadi penanda dimulai babak baru perang antar peramban, yakni Perang Browser II.
Microsoft tidak siap akan perubahan ini, dan segera setiap langkahnya untuk mengamankan posisi di pasar pengguna browser, selalu terlambat dibandingkan pesaing-pesaingnya.
Mozilla Firefox, yang muncul dari puing-puing Netscape memiliki senjata yang ampuh, yakni sederet fitur yang tidak dimiliki Internet Explorer. Fitur-fitur yang dimaksud, antara lain seperti bilah pencarian, filter phishing, penjelajahan tab, dukungan yang ditingkatkan untuk standar web, dan dukungan penuh untuk PNG.
Microsoft juga merilis Internet Explorer 7.0 dengan fitur-fitur ini tetapi mereka terlambat. Dalam waktu sembilan bulan sejak peluncurannya, Mozilla Firefox telah diunduh oleh 60 juta pengguna komputer.
Satu browser lain juga sedang dikembangkan ketika Internet Explorer menikmati monopolinya, adalah Opera, yang juga memiliki fitur-fitur di atas. Kemunculannya juga dilakukan sebelum Microsoft memperkenalkan Internet Explorer 7.0.
Penurunan Internet Explorer sudah dimulai. Tetapi Microsoft tidak berhenti bekerja pada browser mereka dan setelah dua tahun, Internet Explorer 8.0 dirilis.
Browser ini memiliki fitur seperti perlindungan privasi yang ditingkatkan, akselerator, mode kompatibilitas untuk halaman yang dirancang untuk browser lama, dan dukungan yang ditingkatkan untuk berbagai standar web.
Namun, Internet Explorer 8.0 gagal membuat dampak yang besar, karena pangsa penggunaan Mozilla Firefox meningkat dengan kecepatan yang signifikan. Pada 2009, berbagai versi Mozilla Firefox dirilis dengan kinerja yang lebih baik, integrasi asli audio dan video, dan banyak lagi fitur privasi. Opera juga membuat dampak yang signifikan pada waktu itu.
Mozilla membuka jalan ke komunitas browser dengan meluncurkan browser mereka sendiri. Ini memiliki dampak yang signifikan dan membuat perusahaan lain menyadari bahwa memang ada pasar untuk browser. Kemudian, Google juga terlibat dalam Perang Browser II, dengan tujuan untuk mendominasi.
Perlahan namun pasti, pangsa Internet Explorer kian terkikis, dikalahkan oleh Google Chrome, dan dikuntit dengan ketat oleh Mozilla Firefox.
Google dan Apple Masuk, Konflik Semakin Sengit
Google memang memonopoli pangsa penggunaan mesin pencari atau search engine, namun perusahaan ini melihat peluang bahwa pasar browser tidak mustahil untuk dikuasai. Perang sudah dimulai dan Google sudah merencanakan deklarasi perang.
Seperti Mozilla, Google juga memiliki proyek pengembangan browser, dengan kode "Chromium". Pada 2008, mereka meluncurkan browser bernama Google Chrome dengan mesin javascript baru yang luar biasa, V8.
Pangsa penggunaan Google Chrome kemudian meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan, tetapi Mozilla Firefox masih menduduki puncak grafik penggunaan.
Pada saat itu, Internet Explorer telah menurun dan mulai ditinggalkan oleh pengguna komputer. Google Chrome mengadopsi konsep baru untuk merilis versinya dengan cepat dengan fitur yang lebih baik.
Browser lain tidak dapat mengikuti kecepatannya. Sementara itu, browser seluler canggih juga muncul, juga. Setiap browser berjuang untuk dominasi tertinggi.
Di saat yang sama, salah satu raksasa teknologi AS, yakni Apple Inc, telah bangun dari tidur panjangnya. Perusahaan yang dipimpin oleh Steve Jobs ini, merilis browser-nya sendiri, yakni Safari, pada 2003.
Steve Jobs menyebut Safari sebagai browser tercepat yang pernah dibuat untuk Mac. Sama seperti Microsoft, Apple mengambil strategi bundling, di mana Safari hadir sebagai browser default untuk komputer Macintosh. Safari juga didukung di sistem operasi macOS, iOS, dan iPadOS, yang semuanya milik Apple.
Penggunaan Safri terus meningkat, seiring dengan semakin populernya produk buatan Apple, seperti Mac, yang kemudian berevolusi menjadi iMac, dan tentu saja smartphone andalannya, iPhone.
Kemunculan Mozilla Firefox, Google Chrome, Opera, dan Safari semakin membenamkan Internet Explorer, hingga akhirnya browser besutan Microsoft ini kian mengecil.
Mengutip statcounter.com, pangsa pasar Google Chrome dalam penggunaan browser global mencapai 31,42% pada 2012. Sementara Internet Explorer turun menjadi 26,47%, diikuti oleh Firefox sebesar 18,88%.
Persentase penggunaan browser Google Chrome semakin meningkat menjadi 25,82%. Sedangkan Internet Explorer semakin turun menjadi 18,09%, dan Mozilla Firefox sebesar 14,83%. Di tahun-tahun setelahnya, penggunaan Google Chrome kian dominan.
Google Chrome Kian Mendominasi dan Memenangkan Perang Browser II
Pasca-Internet Explorer 8.0, Microsoft kian lambat melakukan perubahan, sehingga akhirnya terlempar dari persaingan peramban, kalah telak dari Google Chrome.
Microsoft bahkan memutuskan menutup Internet Explorer pada 15 Juni 2022 dan menggantinya dengan Microsoft Edge. Meski demikian "semangat" Internet Explorer diwariskan kepada Microsoft Edge, tetap tidak mampu mengerek pengguna.
Sementara, Mozilla Firefox, meski masih digemari oleh sebagian kecil pengguna komputer, popularitasnya semakin meredup oleh bayang-bayang Google Chrome.
Kondisi yang sama juga dialami oleh Opera, yang tidak pernah membuat dampak signifikan pada dunia browser. Meski demikian, Opera masih memiliki basis pengguna setia selama bertahun-tahun.
Posisi Mozilla Forefox sebagai pesaing Google Chrome, digantikan oleh Safari. Namun, browser ini tetap tidak mampu menggoyahkan posisi Google Chrome secara global.
Sebagian penyebabnya, adalah karena browser ini hanya kompatibel di sistem operasi Apple. Sementara, perangkat besutan Apple tergolong mahal. Popularitas perangkat Apple terbanyak masih di AS, untuk penggunakan iMac, dan laptop-nya, MacBook. Posisi Safari sedikit terangkat oleh iPhone, yang menjadi salah satu smartphone terpopuler di dunia.
Namun, hal ini juga tetap tidak mampu menggoyahkan popularitas Google Chrome, sebagai browser pilihan para pengguna komputer, serta smartphone Android. Pada 2017, pangsa pasar penggunaan Google Chrome telah meningkat menjadi 60% di semua platform.
Pada akhir 2017, mantan Chief Technology Officer (CTO) Mozilla Firefox Andreas Gal menyatakan, bahwa Google Chrome telah memenangkan Perang Browser II.
Mengutip Statista, per Maret 2024, Google Chrome menguasai pasar pengguna browser, dengan pangsa pasar sebanyak 66%. Posisi kedua ditempati oleh Safari, dengan pangsa pasar 18%.
Mengutip StatCounter, di kategori seluler, per April 2024 Safari memimpin pasar dengan pangsa 50,44%. Sementara, Chrome memiliki pangsa pasar 43,04%, menjadikannya sebagai browser seluler terpopuler kedua di AS.
Kepopuleran Safari sebagai mobile browser di AS utamanya karena ponsep pintar yang banyak digunakan di wilayah tersebut, adalah smartphone besutan Apple, iPhone.