Jumlah korban virus corona hingga Kamis (20/2) kembali meningkat menjadi 2.120 orang. Meski demikian, jumlah kasus baru virus tersebut di Tiongkok menyusut dibanding sebelumnya.
Dikutip dari CNN International, otoritas kesehatan Hubei melaporkan, pada Rabu (19/2) terdapat 108 kasus kematian baru akibat virus corona.
(Baca: Korban Tewas Virus Corona Tembus 2.000, Uji Coba Vaksin Butuh 18 Bulan)
Sedangkan di luar Negeri Panda, tercatat delapan kasus kematian. Dua kasus antara lain terjadi di Hong Kong dan Iran. Sedangkan Taiwan, Jepang, Filipina dan Prancis masing-masing sudah terdapat satu korban meninggal.
Adapun jumlah kasus coronavirus yang terkonfirmasi sebanyak 76.262. Sebagian besar kasus terjadi di provinsi Hubei, Tiongkok.
Penurunan Kasus Baru
Pemerintah Tiongkok mengumumkan penurunan drastis kasus baru di jantung wabah virus corona, sementara para ilmuwan melaporkan virus baru tersebut dapat menyebar lebih mudah dibanding prediksi sebelumnya.
Provinsi Hubei, Tiongkok kemarin mencatat 349 kasus baru. Angka tersebut turun dari 1.693 pada hari sebelumnya, sekaligus merupakan yang terendah sejak 25 Januari.
Tak hanya itu, peningkatan jumlah korban meninggal yang mencapai 108 pada Rabu kemarin, juga lebih rendah dibandingkan 132 korban sebagaimana yang dilaporkan sehari sebelumnya.
(Baca: Korban Tewas Virus Corona Bertambah jadi 1.486 Orang)
Tiongkok sedang berjuang memulihkan kembali ekonominya, setelah wabah virus melemahkan aktivitas ekonomi negara itu. Hal tersebut terjadi seiring dengan kebijakan pembatasan perjalanan untuk mencegah penyebaran wabah virus corona, baik dari dari maupun menuju Tiongkok
Maskapai penerbangan Australia Qantas Airways Ltd (QAN.AX) mengatakan, pihaknya akan membatasi sementara penerbangan 18 pesawat, membekukan rekrutmen dan meminta 30.000 stafnya untuk menggunakan cuti tahunan akibat penurunan permintaan penerbangan dari Asia terkait wabah corona.
Para ilmuwan juga mempublikasikan temuan di New England Journal of Medicine menyatakan, virus menyebar dengan mudah, termasuk melalui pasien yang tidak memiliki gejala.
"Jika dikonfirmasi, ini sangat penting," kata Dr. Greg Poland, Ahli Virologi dan peneliti vaksin dengan Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sebelumnya menjelaskan pengembangan vaksin untuk virus corona dapat memakan waktu 12 bulan hingga 18 bulan.
Namun, vaksin sedang disiapkan untuk situasi terburuk. "Pengembangan vaksin tidak boleh dilewatkan," kata Tedros.
Adapun persiapan jangka panjang tersebut perlu diseimbangkan dengan solusi kesehatan bagi penderita infeksi virus tersebut dan menjaga tingkat kematian rendah.
(Baca: Dua Penumpang Diamond Princess asal Jepang Meninggal Akibat Corona)