Habiskan Rp 850 Triliun, Virus Corona Jadi Wabah Termahal di Dunia

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Simulasi pemeriksaan pasien virus Corona di RSUD Dr. Moewardi, Solo, Jawa Tengah, Jumat (31/1/2020). Laman LearnBonds.com (5/2) mengatakan virus corona jadi wabah termahal di dunia karena menghabiskan uang US$ 62 miliar.
5/2/2020, 11.09 WIB

Wabah virus corona menjadi salah satu penyakit yang paling besar dampaknya pada ekonomi dalam 20 tahun belakangan. Padahal virus ini baru menyebar dari Kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 lalu.

Dari data yang dikumpulkan LearnBonds.com, penyakit ini diproyeksikan memaksa Tiongkok menghabiskan uang senilai US$ 62 miliar atau Rp 850 triliun. Angka setara 2% pendapatan domestik bruto (PDB) kuartal I 2020 Negeri Panda tersebut.  

Mahalnya dampak virus corona ini diproyeksikan mengalahkan ebola dan flu babi yang pernah melanda dunia. Kerugian akibat ebola mencapai US$ 53 miliar, sedangkan flu babi menyebabkan dunia kehilangan US$ 50 miliar.

“Berdasarkan kalkulasi, dampak pada PDB dunia berpotensi lebih besar,” demikian tulis LearnBonds.com yang dikutip, Rabu (5/2). 

(Baca: Virus Corona Tekan Ekonomi Tiongkok, Dunia Waspadai Perlambatan Global)

LearnBonds adalah laman publikasi finansial yang berbasis di London Inggris. Dalam mengolah data dampak ekonomi virus corona, mereka mengumpulkan bahan dari sejumlah sumber seperti CNN, European Centre for Disease Prevention and Control, Resolve to Save Lives serta penghitungan internal.

Pemerintah Tiongkok saat ini mengalokasikan US$ 12,6 miliar atau setara Rp 172,8 miliar bagi sektor kesehatannya guna melawan virus corona. Selain itu pertumbuhan ekonomi Negeri Panda itu dapat melambat jika kegiatan bisnis tertahan. Apalagi transportasi di banyak titik telah dihentikan. Merebaknya penyakit yang bermula dari Wuhan ini juga mengakibatkan harga barang lebih mahal.

“Jika situasi tidak ditangani, kondisi ini bisa terjadi di belahan dunia lain,” tulis mereka.

Hingga hari Selasa (4/2), korban meninggal dunia akibat virus corona mencapai 427 orang. Sedangkan 20.626 terinfeksi dan masih dalam perawatan. Meski demikian, flu babi dan ebola masih menjadi wabah pandemik paling mematikan dalam beberapa tahun belakangan. Flu babi mengakibatkan 18.138 meninggal dunia, sedangkan Ebola yang terjadi di Afrika menelan 11.323 korban.

Lalu ada pula sindrom pernapasan akut (SARS) yang bermula di Tiongkok bagian Selatan mengakibatkan 774 orang meregang nyawa dan memakan biaya US$ 40 miliar atau setara 0,5 persen PDB negara tersebut.

“Terakhir, Middle East Respiratory Syndrome (MERS) menyebabkan kerugian US$ 10 miliar,” tulis LearnBonds.com.

(Baca: Jokowi Minta Para Menteri Hitung Dampak Virus Corona)