Virus baru yang masuk golongan virus corona (coronavirus) tengah menjadi perhatian dunia. Virus yang pertama kali terdeteksi di Tiongkok bagian tengah ini dilaporkan telah menyebar setidaknya ke lima negara, yaitu Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat (AS).
Bloomberg memberitakan, berdasarkan data beberapa otoritas kesehatan kota dan nasional per 21 Januari 2020 pukul 14.00 EST, telah ditemukan total 296 orang terjangkit virus corona. Jumlah terbanyak di Tiongkok yaitu 291 orang, diikuti Thailand dua orang, lalu Korea Selatan, Jepang, Taiwan, serta AS masin-masing satu orang.
Otoritas kesehatan disebut bertindak agresif dalam menangani penyebaran virus ini lantaran jumlah orang yang ditemukan terjangkit meningkat dua kali lipat selama akhir pekan lalu. Satu orang warga AS yang didiagnosis terjangkit virus ini baru saja bepergian ke Wuhan, Tiongkok, yang merupakan pusat penyebaran virus ini.
(Baca: Rupiah Pagi Ini Melemah di Tengah Ketakutan Wabah Virus Corona)
Warga Snohomish, Washington tersebut terjangkit meski mengaku tidak menghabiskan waktu di pasar hewan di mana virus Wuhan dipercaya berasal, dan tidak melakukan kontak dengan siapa pun yang dalam keadaan sakit.
Sebagaimana saat penyebaran SARS dan Ebola, para pejabat kesehatan dan ilmuan melacak pasien dan melakukan pengecekan sample ludah dan cairan lain untuk menentukan penyebab persis penyakit serta tingkat keparahannya. Mereka mengidentifikasi dan memonitor orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien. Selain itu, mereka juga menetapkan larangan perjalanan unuk mencegah penyebaran virus ke orang lain.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) dilaporkan sudah memperluas inspeksi terhadap penumpang pesawat ke Bandara di Atlanta dan Chicago, pada Selasa (21/1). Sebanyak 1.200 orang menjalani pengecekan. Pengecekan dilakukan atas penumpang yang bepergian ke Tiongkok.
“Ini adalah situasi yang berkembang, dan kami memperkirakan akan ada tambahan kasus di AS dan global,” kata Direktur Imunisasi dan Penyakit Pernapasan CDC Nancy Messonnier seperti dikutip Bloomberg, Rabu (22/1).
Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memutuskan apakah akan mendeklarasikan penyebaran virus baru ini sebagai keadaan darurat kesehatan internasional atau tidak. “Jika mereka mendeklarasikan masalah ini sebagai isu internasional, itu akan berdampak pada aktivitas perdagangan dan mengurangi perjalanan keluar masuk negara,” kata William Schaffner, profesor obat untuk penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, Nashville, Tennessee, seperti dikutip Bloomberg.
(Baca: Wabah Pneumonia Misterius di Tiongkok yang Meresahkan Asia)
Schaffner mengaku waspada terhadap kemungkinan masalah ini ditetapkan sebagai keadaan darurat. “Tapi saya tidak yakin kita sudah sampai pada tahap itu,” ujarnya. Menurut dia, CDC tengah melakukan pengecekan di lapangan dan memulai pekerjaan untuk membuat vaksin guna mencegah penyebaran virus tersebut. Meskipun, ia menyebut pekerjaan ini kemungkinan membutuhkan waktu.
Peneliti penyakit menular asal Inggris sekaligus penasihat WHO David Heymann mengatakan virus Wuhan dan SARS berasal dari keluarga yang sama yaitu virus corona. Disebut semikian karena bentuknya yang seperti mahkota. Banyak dari virus tersebut menjangkit lintas manusia dan hewan, sebagaimana terjadi pada virus Wuhan.
Di tengah berkembangnya kekhawatiran akan virus Wuhan, Asisten Profesor di Universitas Sydney Adam Kamradt-Scott mengatakan virus ini tidak se-mematikan SARS. “Ada 10% kasus yang berakhir kritis dan ada kasus kematian, tapi mayoritas 200 orang lebih yang terinfeksi virus ini mengalami sakit yang ringan,” kata dia, seperti dikutip Bloomberg.