CEO Mundur, HSBC Pangkas 4.000 Karyawan

Dok. HSBC
HSBC berencana memangkas 4.000 karyawannya di seluruh dunia sebagai bagian dari efisiensi perusahaan. Perlambatan ekonomi global menjadi salah satu faktor penyebab terpukulnya bisnis bank tersebut.
Penulis: Hari Widowati
6/8/2019, 10.45 WIB

HSBC Holdings Plc, bank multinasional yang berkantor pusat di London, berencana memangkas sekitar 2% dari jumlah pekerjanya atau lebih dari 4.000 karyawan di seluruh dunia. Langkah tersebut diumumkan tak lama setelah John Flint mengundurkan diri dari posisi chief executive officer (CEO) HSBC, Senin (5/8).

Flint mundur setelah menjabat selama 18 bulan sebagai CEO HSBC. Pengunduran diri Flint disampaikan setelah bank tersebut mengumumkan kinerja semester I 2018. Laba bersih bank multinasional itu naik 18,1% menjadi US$ 9,9 miliar atau sekitar Rp 138,6 triliun. Adapun pendapatan bank naik 7,6% menjadi US$ 29,37 miliar atau sekitar Rp 411,18 triliun.

"Saya dan Dewan Komisaris telah sepakat bahwa pengumuman kinerja tengah tahun yang baik ini mengindikasikan saat yang tepat untuk perubahan, bagi saya maupun HSBC," kata Flint, seperti dikutip dari siaran pers HSBC, Senin (5/8).

Ia merasa sedih karena harus meninggalkan HSBC yang menjadi tempatnya meniti karier selama hampir 30 tahun terakhir. Pria berusia 51 tahun itu memulai kariernya dari posisi international officer trainee hingga mencapai posisi tertinggi sebagai CEO. Namun, Flint juga menanti tantangan baru selepas mundur dari bank raksasa tersebut.

Dewan Komisaris HSBC meminta Noel Quinn untuk menjadi Pelaksana tugas (plt) Direktur Eksekutif Grup HSBC menggantikan Flint. Quinn sebelumnya menjabat direktur eksekutif Perbankan Komersial Global HSBC sejak 2015. Ia juga sudah bekerja di HSBC selama 32 tahun terakhir.

(Baca: PHK Massal 18 Ribu Pegawai, Apa yang Salah dengan Deutsche Bank?)

PHK 4.000 Karyawan dan Pesangon US$ 700 Juta

Setelah pengunduran diri bos HSBC diumumkan, bank tersebut juga mengonfirmasi rencana pengurangan 2% dari 238 ribu pegawainya di seluruh dunia. Pengurangan jumlah karyawan HSBC ini dilakukan untuk menghadapi ekonomi global yang semakin menantang.

Direktur Keuangan HSBC Ewen Stevenson mengatakan, perusahaan menyiapkan pesangon senilai US$ 650 juta-US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,1 triliun-Rp 9,8 triliun pagi pegawai yang diputuskan hubungan kerjanya (PHK). "Program pesangon ini sekitar 4% dari total biaya gaji yang kami bayarkan untuk 2% pekerja," kata Stevenson, seperti dikutip Businessinsider.sg. Sebagian besar karyawan yang di-PHK adalah karyawan level senior.

HSBC bukan bank global pertama yang melakukan pemangkasan karyawan besar-besaran. Deutsche Bank AG juga berencana memangkas 18 ribu karyawan dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi bisnis perdagangan saham dan bank investasi.

(Baca: OJK: Deutsche Bank AG di Indonesia Tak Terkena Imbas PHK Massal)

Citigroup NA juga dikabarkan bakal memangkas ratusan pekerjanya pada tahun ini. Menurut Bloomberg, pengurangan jumlah karyawan ini dilakukan karena pendapatan Citigroup dari bisnis perbankan global melemah. "Para pengelola dana (hedge funds) yang menjadi klien teraktif perbankan tertekan oleh penarikan dana investor," tulis Bloomberg.

Bisnis perbankan juga semakin sulit menghasilkan keuntungan karena dibatasi oleh berbagai peraturan. Perkembangan teknologi juga membuat margin keuntungan bisnis perbankan dari transaksi pasar keuangan semakin menipis.

Harga saham HSBC pada perdagangan di Bursa London turun 2,99% ke level 626,8 poundsterling, Senin (5/8). Sementara di Bursa New York, saham bank terbesar ketujuh di Eropa ini turun 2,13% menjadi US$ 38,52.

(Baca: Nissan PHK 12.500 Karyawan Secara Bertahap dalam Dua Tahun)