Trump Klaim AS Telah Produksi 2 Juta Dosis Vaksin Corona Siap Edar

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/foc/dj
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim negaranya telah memproduksi 2 juta dosis vaksin virus corona siap edar. Vaksin tersebut akan diedarkan jika hasil pengujiannya efektif dan aman.
Penulis: Happy Fajrian
6/6/2020, 15.04 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim bahwa negaranya telah memproduksi 2 juta vaksin virus corona yang siap edar begitu hasil tes menunjukkan vaksin tersebut aman dan efektif melawan covid-19.

“Kami membuat kemajuan yang menakjubkan pada pengembangan vaksin. Bahkan, kami sudah menyiapkan logistik dan transportasi yang siap mengedarkan 2 juta dosis, jika vaksin ini dinyatakan aman,” kata Trump, Jumat (5/6), seperti dikutip CNBC International.

Meski demikian penasihat kesehatan Gedung Putih Dr. Anthony Fauci menolak berkomentar terkait klaim presidennya itu. “Saya tidak mendengar Trump mengatakan itu,” ujar dia. Departemen Kesehatan AS juga menolak berkomentar terkait ketersediaan 2 juta dosis vaksin corona siap edar.

Trump juga mengatakan bahwa, pengembangan vaksin corona di AS menunjukkan perkembangan yang sangat baik. “Saya pikir kalian akan mendapatkan kejutan yang sangat positif, sama halnya dengan pengembangan therapeutics,” ujar dia.

(Baca: Pemerintah Targetkan Peneliti Temukan Vaksin Covid-19 pada Akhir 2020)

Seperti diketahui pemerintahan Trump telah menunjuk lima perusahaan farmasi yang dinilai berada pada posisi paling depan dalam pengembangan vaksin corona. Kendati demikian Trump tidak menyebutkan perusahaan mana yang sudah mulai memproduksi vaksin.

The National Institutes of Health AS bergerak cepat mengembangkan vaksin bersama perusahaan biotech Moderna. Fauci mengatakan awal pekan lalu bahwa Moderna tengah mengujicoba secara klinis empat kandidat vaksin. “Awal 2021 kami berharap sudah bisa memproduksi 2 juta dosis vaksin,” kata Fauci.

Pemerintah AS pun telah berinvestasi banyak pada sejumlah perusahaan farmasi dan biotech untuk mengebut pengembangan vaksin, seperti dengan Moderna, dan AstraZeneca yang mengembangkan vaksin tersebut bersama Universitas Oxford, Inggris.

Trump lagi-lagi mengklaim bahwa pejabat AS telah memahami virus tersebut. Padahal ahli kesehatan mengaku masih banyak aspek virus yang belum dipahami, termasuk bagaimana sistem imun seseorang berekasi ketika mereka terpapar.

(Baca: Kembangkan Vaksin Corona dengan Genexine, Saham Kalbe Farma Jatuh 1,8%)

Sementara Fauci mengkhawatirkan aspek ketahanan dari sejumlah kandidat vaksin. Menurutnya ada kemungkinan vaksin tersebut tidak mampu menghasilkan imunitas terhadap virus corona dalam waktu lama jika ternyata karakteristik Covid-19 sama seperti virus corona lainnya.

“Jika Covid-19 berperilaku seperti virus corona lainnya, kemungkinan besar vaksin tidak akan menghasilkan imunitas dalam waktu lama. Dari sejarah panjang virus corona, termasuk yang menjadi penyebab flu biasa, imunitas yang dibentuk vaksin menurut laporan hanya bertahan selama 3 hingga 6 bulan, atau paling lama kurang dari setahun,” kata Fauci.

Meski demikian, pemerintah AS dan ahli kesehatan di AS berharap vaksin pencegah Covid-19 dapat selesai dikembangkan pada semester pertama 2021.

(Baca: Rusia akan Uji Klinis vaksin COVID-19 Pertengahan Juni)