Regulator Makanan dan Obat (FDA) Amerika Serikat secara resmi menyetujui penggunaan vaksin virus corona Johnson & Johnson sekali suntik. AS pun memesan 100 juta dosis untuk pengiriman akhir Juni 2021.
Selain AS, Inggris telah memesan 30 juta dosis, Uni Eropa 200 juta dosis, Kanada 38 juta dosis, dan 500 juta dosis dipesan melalui skema Covax untuk memasok negara-negara yang lebih miskin.
Presiden AS Joe Biden menyebut persetujuan penggunaan vaksin Johnson & Johnson sebagai berita yang menggembirakan bai semua orang di Negeri Paman Sam. Namun, dia memperingatkan warganya tetp mematuhi protokol kesehatan dengan mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.
"Seperti yang telah saya katakan berkali-kali, keadaan masih cenderung buruk karena varian baru menyebar," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari BBC.com pada Minggu (28/2).
Adapun vaksin Johnson & Johnson dianggap sebagai alternatif vaksin yang hemat biaya dibandingkan vaksin Pfizer dan Moderna. Itu lantaran vaksin Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu suntikan.
Sedangkan vaksin Pfizer dan Moderna memerlukan dua suntikan. Itu berarti penggunaan vaksin Johnson & Johnson hanya memerlukan lebih sedikit janji temu dan staf medis.
Selain itu, vaksin Johnson & Johnson dapat disimpan di lemari es. Sedangkan Moderna dan Pfizer memerlukan tempat penyimpanan yang lebih dingin.
Sedangkan dari sisi kemanjuran, vaksin Johnson & Johnson efektif 66% mencegah penyakit Covid-19 dalam semua level, yaitu gejala ringan, sedang, dan berat. Secara khusus, vaksin yang dibuat perusahaan Belgia Janssen itu mampu mencegah penyakit Covid-19 berat hingga 85%.
Hal tersebut berdasarkan hasl uji coba yang dilakukan di AS, Afrika Selatan, dan Brasil. Hasil percobaan tersebut juga menunjukkan tidak ada kematian di antara peserta yang telah menerima vaksin dan tidak ada peserta yang masuk rumah sakit setelah 28 hari disuntik vaksin.
Namun, perlindungan terhadap varian virus corona dari Afrika Selatan dan Brasil lebih rendah secara keseluruhan. Namun, pertahanan terhadap penyakit parah atau kritis sama-sama tinggi.
Oleh karena itu, Afrika Selatan mulai memberikan suntikan vaksin Johnson & Johnson kepada petugas kesehatan sebagai bagian dari penelitian awal bulan ini. Meskipun vaksin tersebut belum mendapatkan persetujuan penggunaan darurat.
Keputusan itu diambil Pemerintah Afrika Selatan karena uji coba awal vaksin Oxford-AstraZeneca menunjukkan perlindungan minimal terhadap penyakit ringan dari varian yang dominan di sebagian besar negara itu. Selain dua negara tersebut, Bahrain menjadi satu-satunya negara di luar AS yang menyetujui penggunaan darurat vaksin Johnson & Johnson.
Vaksin Johnson & Johnson dikembangkan dari virus flu biasa yang telah direkayasa untuk membuatnya tidak berbahaya. Virus tersebut kemudian dengan aman membawa sebagian dari kode genetik virus corona ke dalam tubuh.
Hal itu dinilai cukup bagi tubuh untuk mengenali ancaman dan kemudian belajar melawan virus corona. Dengan begitu, tubuh dapat melatih sistem kekebalan untuk melawan Covid-19. Hal itu mirip dengan pendekatan yang digunakan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan