7 Pemimpin ASEAN Akan Hadiri KTT di Jakarta untuk Bahas Krisis Myanmar

ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/hp/cf
Anggota militer berpartisipasi dalam sebuah parade pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu (27/3/2021).
23/4/2021, 09.06 WIB

Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ASEAN akan digelar di Jakarta, besok (24/4). Ada tujuh pemimpin negara yang bakal menghandiri pertemuan ini untuk membahas krisis di Myanmar dengan pimpinan Junta Min Aung Hlaing.

Ketujuh pemimpin negara anggota ASEAN yang hadir yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. “Mereka akan menghadiri pertemuan puncak yang membahas krisis di Myanmar,” kata para diplomat dan pejabat di Jakarta, dikutip dari Reuters, Kamis (22/4).

Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha dan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte dikonfirmasi tidak hadir. Mereka akan diwakili oleh menteri luar negeri masing-masing negara.

Pertemuan tersebut akan membahas krisis dan ketegangan yang terjadi di Myanmar akibat kudeta pemerintahan sipil oleh militer. Hingga saat ini, tercatat ratusan pengunjuk rasa pro-demokrasi tewas dibunuh aparat keamanan sejak kudeta 1 Februari lalu.

Para pejabat dan diplomat menilai, KTT ASEAN menjadi upaya internasional pertama untuk bisa meredakan krisis di Myanmar. Selain itu, merupakan pembuktian semua negara anggota untuk berkomitmen tidak mencampuri urusan internal dan bekerja sama berdasarkan konsensus.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak para pemimpin ASEAN untuk mencegah perluasan dampak krisis Myanmar, terutama dari sisi kemanusiaan di luar perbatasan.

Peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Rizal Sukma mengatakan, KTT ASEAN bisa menjadi yang paling penting dalam sejarah 54 tahun kawasan.

“Sangat diperlukan hasil yang konkret dan nyata dari pertemuan tersebut. Selain KTT, sepertinya tidak ada putaran lain untuk mengungkapkan keprihatinan itu,” kata Rizal kepada Reuters.

Pertemuan itu dilakukan karena Myanmar berada dalam krisis sejak Min Aung Hlaing menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi. Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan, 739 orang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar sejak kudeta dan 3.300 lainnya ditahan.

Militer Myanmar tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berbicara dengan anggota pemerintah yang digulingkan. Militer juga menuduh beberapa dari mereka berkhianat, sehingga dapat dihukum mati.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi