Kelangkaan Cip Semikonduktor Global Diprediksi Berlangsung Hingga 2023

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi.
Penulis: Happy Fajrian
12/5/2021, 19.15 WIB

Krisis cip semikonduktor global diprediksi belum akan segera berakhir. Bahkan menurut proyeksi sejumlah pelaku industri ini, kelangkaan cip bisa berlangsung hingga 2023, membebani berbagai jenis industri mulai elektronik hingga otomotif.

Saat ini cip dipakai untuk berbagai jenis barang, mulai dari PlayStation 5, sikat gigi elektronik, mesin cuci, jam alarm, hingga mobil. Namun saat ini suplai cip global tidak cukup untuk melayani kebutuhan berbagai jenis industri tersebut.

Bahkan sejumlah pihak menyebut krisis ini sebagai “chipageddon”. Wakil Presiden Direktur Forrester, Glenn O’Donnell, meyakini krisi ini akan berlangsung hingga 2023.

“Karena permintaan akan tetap tinggi dan pasokan akan tetap terbatas. Kami perkirakan kelangkaan ini akan bertahan hingga 2022 atau 2023,” ujarnya seperti dikutip CNBC International, Rabu (12/5).

Dia memprediksi permintaan PC (personal computer) yang didalamnya terdapat beberapa cip yang paling canggih, akan sedikit melunak pada tahun mendatang. Namun pusat-pusat data (data center) akan membeli lebih banyak cip.

Tingginya permintaan seiring dengan terus berkembangnya komputasi awan dan penambangan mata uang kripto (cryptocurrency). Sehingga sejalan dengan itu permintaan cip akan terus meningkat.

Sementara itu CIO Plurimi Investment Managers, Patrick Armstrong, memprediksi kelangkaan cip akan berlangsung selama 18 bulan ke depan.

“Cip tidak hanya untuk otomotif, tapi ponsel pinar, internet, dan segalanya. Ada begitu banyak barang yang saat ini menggunakan cip lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Semuanya mendukung internet,” kata Armstrong.

Namun Armstrong menilai kelangkaan cip global paling keras memukul industri otomotif dibandingkan industri lainnya.

Industri otomotif paling terpukul akibat kelangkaan cip dibandingkan industri lainnya. (KATADATA | Arief Kamaludin)

Produsen chip terbesar dunia, TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company), mengatakan awal bulan ini bahwa pihaknya berpikir akan dapat mengejar permintaan otomotif pada bulan Juni. Armstrong menilai pernyataan itu terlalu ambisius.

"Jika Anda mendengarkan Ford, BMW, Volkswagen, mereka semua menyoroti bahwa ada hambatan dalam kapasitas dan mereka tidak bisa mendapatkan cip yang mereka butuhkan untuk memproduksi mobil baru," katanya.

Di tempat lain, Analis Gartner, Alan Priestley memprediksi bahwa kelangkaan cip akan berlanjut sepanjang 2021. Kelangkaan terjadi pada semua jenis cip dan pada akhirnya membuat harga cip melonjak.

“Situasi mungkin membaik untuk beberapa sektor dalam enam bulan ke depan, tetapi mungkin ada efek tambahan hingga 2022. Seharusnya tidak lebih lama dari itu. Industri ini meningkatkan kapasitasnya, tapi itu membutuhkan waktu,” ujarnya.

Memang, Intel, mengumumkan pada Maret lalu bahwa mereka berencana untuk membangun dua pabrik cip baru senilai US$ 20 miliar (Rp 283,9 triliun).. Intel juga mengatakan bisa membangun pabrik di Eropa jika mendapat pendanaan publik.

“Hal itu akan memakan waktu dua atau tiga tahun sebelum kita mulai melihatnya. Tapi itu benar-benar ingin akan permintaan di masa depan,” kata Priestley.

Sementara itu, kepala eksekutif pembuat cip Jerman Infineon, Reinhard Ploss, mengatakan bahwa industri semikonduktor berada di wilayah yang belum dipetakan. Oleh karena itu untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan akan memakan waktu.

“Saya pikir dua tahun terlalu lama. Tapi krisis ini pasti akan berlangsung hingga 2022. Kapasitas produksi pasti akan bertambah. Saya perkirakan situasi yang lebih seimbang akan terjadi di tahun depan,” ujar Ploss.

Direktur ekonomi dan strategi global di Credit Suisse, Wenzhe Zhao mengatakan kelangkaan cip baru-baru ini telah memicu aksi penimbunan persediaan di sepanjang rantai produksi cip. Ini memperlebar kesenjangan antara permintaan yang terus meningkat sedangkan pasokan stagnan.

“Kapasitas produksi semikonduktor baru tidak akan online hingga 2022 atau setelahnya. Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini selain menyesuaikan pesanan, jadwal produksi, dan harga,” ujarnya.