Gencatan Senjata di Palestina, Israel-Hamas Saling Klaim Kemenangan
Gencatan senjata mulai berlaku di Palestina sejak Kamis, 20 Mei 2021 waktu setempat, atau Jumat (21/5) dini hari. Dalam gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran 11 hari itu, Israel dan Hamas sama-sama mengklaim kemenangan.
Sementara itu, 240 orang telah meninggal dunia akibat konflik ini. Korban jiwa, termasuk warga sipil, perempuan dan anak-anak, mayoritas berasal dari Jalur Gaza, Palestina.
Pengamatan AFP di Gaza, warga merayakan gencatan senjata ini dengan turun ke jalan sambil membunyikan klakson mobil dan mengibarkan bendera Palestina. Situasi serupa terjadi pada wilayah Palestina lainnya di Tepi Barat.
Di Israel, untuk kali pertama dalam beberapa hari terakhir, bunyi sirine tidak terdengar. Sirine itu biasanya dibunyikan sebagai peringatan jika ada tembakan roket dari Hamas. Ketenangan yang terjadi pada Kamis malam itu merupakan pertanda gencatan senjata mulai berlaku.
Sementara itu, baik Hamas maupun Israel saling mengklaim kemenangan atas pertempuran yang telah terjadi.
"Ini adalah eforia kemenangan," kata Khalil al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, di depan kerumunan ribuan warga Palestina di Gaza yang merayakan gencata senjata.
Simak Databoks berikut:
Sedangkan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan di Twitter bahwa serangan ke Gaza telah menghasilkan "pencapaian militer yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Gencatan senjata antara kedua pihak itu diusulkan oleh Mesir dan berlaku secara "mutual dan tanpa syarat". Presiden Mesir mengatakan, ia akan mengirim delegasi yang akan memantau penerapan gencatan senjata di lapangan.
Pejabat Hamas, Osama Hamdan, dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press mengatakan bahwa gencatan senjata itu terjadi setelah proses perundingan yang melibatkan Mesir dan Qatar.
Namun ia juga mengatakan Hamas saat ini "tidak kekurangan rudal". Ia mengatakan, serangan terhadap Israel "bisa berlanjut tak hanya hingga beberapa hari atau pekan ke depan, tapi bisa hingga beberapa bulan mendatang".
Sebelum pengumuman gencatan senjata, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dirinya "mengharapkan adanya penurunan eskalasi secara signifikan".
Selain itu, tekanan juga datang dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Menurutnya, pihak-pihak yang bertikai terikat dengan hukum internasional.
"Bahkan perang sekali pun punya aturan. Pertama dan yang paling utama, warga sipil harus dilindungi," kata Guterres dalam pidato di Majelis Umum PBB, di New York, hari Kamis (20/5).
Ia menyatakan, serangan semena-mena yang menyasar warga sipil merupakan pelanggaran hukum perang. "Tidak ada justifikasi, apakah itu dengan alasan membalas tindak terorisme atau membela diri. Pihak-pihak yang berkonflik terikat dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Guterres.