Gencatan Senjata di Palestina, Israel-Hamas Saling Klaim Kemenangan

ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa/PRAS/sa.
Ibraheem Abu Mustafa Warga Palestina merayakannya di jalan-jalan setelah gencatan senjata, di Jalur Gaza selatan, Jumat (21/5/2021).
Penulis: Pingit Aria
21/5/2021, 15.57 WIB

Gencatan senjata antara kedua pihak itu diusulkan oleh Mesir dan berlaku secara "mutual dan tanpa syarat". Presiden Mesir mengatakan, ia akan mengirim delegasi yang akan memantau penerapan gencatan senjata di lapangan.

Pejabat Hamas, Osama Hamdan, dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press mengatakan bahwa gencatan senjata itu terjadi setelah proses perundingan yang melibatkan Mesir dan Qatar.

Namun ia juga mengatakan Hamas saat ini "tidak kekurangan rudal". Ia mengatakan, serangan terhadap Israel "bisa berlanjut tak hanya hingga beberapa hari atau pekan ke depan, tapi bisa hingga beberapa bulan mendatang".

Sebelum pengumuman gencatan senjata, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa dirinya "mengharapkan adanya penurunan eskalasi secara signifikan".

Selain itu, tekanan juga datang dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Menurutnya, pihak-pihak yang bertikai terikat dengan hukum internasional.

"Bahkan perang sekali pun punya aturan. Pertama dan yang paling utama, warga sipil harus dilindungi," kata Guterres dalam pidato di Majelis Umum PBB, di New York, hari Kamis (20/5).

Ia menyatakan, serangan semena-mena yang menyasar warga sipil merupakan pelanggaran hukum perang. "Tidak ada justifikasi, apakah itu dengan alasan membalas tindak terorisme atau membela diri. Pihak-pihak yang berkonflik terikat dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Guterres.

Halaman:
Reporter: Antara