Laporan Perubahan Iklim PBB, Kode Merah untuk Masa Depan Bumi

ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Aktivis dari berbagai organisasi lingkungan berjalan menuju Taman Aspirasi Monas saat aksi krisis iklim di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (26/10).
Penulis: Sorta Tobing
10/8/2021, 14.02 WIB

Penasihat politik senior untuk iklim dan energi Greenpeace Kaisa Kosonen mengatakan,  laporan tersebut sebagai bukti kuat untukmeminta industri bahan bakar fosil dan pemerintah bertanggung jawab langsung atas darurat iklim.

Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed pun mengucapkan negaranya paling terdampak perubahan iklim. “Kami membayar dengan nyawa untuk karbon yang dikeluarkan orang lain. Kami akan segera mengambil tindakan untuk mulai mengatasi ketidakadilan ini, yang tidak bisa kami terima begitu saja,” ujarnya. 

Di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani turut menyampaikan ke khawatirannya terhadap perubahan iklim. Dia bahkan menyamakan perubahan iklim adalah bencana global yang besarnya sama dengan pandemi Covid-19

Sama seperti pandemi, tidak ada satu negara yang terbebas dari ancaman perubahan iklim. “Karena dunia adalah bulat dan kita hidup dalam bumi yang sama, climate change tentu mempengaruhi seluruh makhluk dan manusia di dunia,” kata Sri Mulyani, dikutip dari Tempo.co pada 27 Juli lalu.

Dia menambahkan dalam melawan perubahan iklim diperlukan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan internasional untuk mencapai komitmen pengurangan emisi karbon. 

Sri Mulyani menambahkan dalam upaya melawan perubahan iklim di Indonesia, membutuhkan biaya mencapai Rp 3.779 triliun. “Salah satu hitungan adalah Rp 3.461 triliun sampai 2030 dan bahkan sekarang angka itu direvisi menjadi Rp 3.779, lebih tinggi lagi,” katanya pada pekan lalu.

Penyumbang bahan: Dhia Al Fajr (magang)

Halaman: