Produktivitas Global Hilang Rp23.000 T per Tahun Imbas Perubahan Iklim

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.
Deretan gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (19/5/2021).
17/12/2021, 15.05 WIB

Menurut studi ini, diperkirakan negara seperti India, China, Pakistan, dan Indonesia, di mana sebagian besar populasinya masih bekerja di luar ruangan akan mengalami kerugian paling besar. Sementara, 14 negara yang lebih kecil populasinya juga akan mengalami kehilangan produktivitas per kapita yang besar.

Negara-negara tersebut antara lain Bangladesh, Thailand, Gambia, Senegal, Cambodia, United Arab Emirates, Bahrain, Qatar, Brunei Darussalam, Ghana, Togo, Benin, Sri Lanka, and Nauru.

Parsons sendiri dan rekan-rekan penulisnya mempublikasikan hasil penelitian tersebut pada 14 Desember di jurnal Nature Communications. Penelitian mereka menunjukkan berbagai skenario proyeksi hilangnya produktivitas pada kenaikan temperatur global 1°C, 2°C, 3°C, dan 4°C dibandingkan saat ini.

“Analisis kami menunjukkan bahwa kita masih dapat menghindari sebagian hilangnya waktu produktivitas ini dengan memindahkan jadwal pekerjaan ke jam-jam lebih pagi atau dini hari. Namun bila peningkatan temperatur global melebihi 1°C saja, maka hal ini akan menjadi semakin sulit,” ujar Parsons.

Para peneliti menggunakan gabungan data meteorologis hasil observasi dengan proyeksi model perubahan iklim tentang temperatur dan kelembaban untuk mengestimasi paparan panas lembab, kehilangan produktivitas saat ini, maupun proyeksi kehilangan produktivitas di masa mendatang akibat peningkatan temperatur.

Parsons menulis studi ini bersama Drew Shindell dan Yugiang Zhang dari Universitas Duke, Michelle Tigchelaar dari Universitas Stanford, dan June Spector dari Universitas Washington. Dana untuk penelitian ini diberikan oleh NASA.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan