Efek Pandemi Belum Usai, ILO Ramal Ada 207 Juta Pengangguran Tahun Ini

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Perlambatan pemulihan pasar tenaga kerja tercermin dari jumlah partisipasi angkatan kerja dunia yang masih lebih rendah dari level 2019.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/1/2022, 12.43 WIB

Laporan terbaru yang dirilis Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebut pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih kembali ke kondisi normal memasuki tahun ketiga pandemi. Kondisi bahkan berisiko memburuk di sejumlah negara.

ILO memperkirakan jumlah pengangguran dunia mencapai 207 juta orang tahun ini, 21 juta lebih banyak daripada level sebelum pandemi. 

Laporan juga menyebut prospek pasar tenaga kerja dunia telah memburuk dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pemulihan tenaga kerja diperkirakan akan lebih lambat dan masih akan di atas level pandemi setidaknya sampai tahun depan. Jumlah pengangguran dunia tahun ini masih jauh di atas level sebelum pandemi, yaitu pada 2019 sebanyak 186 juta orang.

"Dua tahun dalam krisis ini, prospek tetap rapuh dan jalan menuju pemulihan lambat dan tidak pasti,” kata Direktur Jenderal ILO Guy Ryder dalam keterang tertulisnya, Senin (17/1).

Perlambatan pemulihan pasar tenaga kerja tercermin dari jumlah partisipasi angkatan kerja dunia yang masih lebih rendah dari level 2019. Tingkat partisipasi tahun ini tetap  1,2 poin presentasi di bawah level 2019. Meski demikian, jumlah ini sebetulnya sudah naik dari 3,4 miliar menjadi 3,5 miliar.

ILO juga memberikan catatan, semua wilayah menghadapi risiko perlambatan pemulihan pasar tenaga kerja. Namun, Eropa dan Amerika Utara tampaknya memiliki performa paling baik. Pemulihan di kawasan tersebut diperkirakan lebih cepat. Di sisi lain, Amerika Latin, Karibia dan Asia Tenggara akan menjadi kawasan dengan perlambatan pemulihan paling parah.

Di tingkat negara-negara, pemulihan pasar tenaga kerja paling kuat akan dialami negara-negara maju yang berpenghasilan tinggi. Tingkat pengangguran di negara-negara kaya diperkirakan bisa mencapai level sebelum pandemi pada tahun depan. 

Sebaliknya, negara-negara miskin berpenghasilan menengah ke bawah akan menghadapi pemulihan yang lebih sulit. Jumlah penduduk yang menganggur di negara pendapatan menengah dan bawah diperkirakan masih akan di atas level pandemi sampai tahun depan. 

Dampak krisis terhadap pasar tenaga kerja juga berjalan tidak seimbang bagi perempuan. Kesenjangan paling menonjol akan terjadi di negara-negara menengah atas, di mana rasio perempuan yang bekerja pada tahun ini 1,8 poin persentase di bawah level sebelum pandemi. Ini lebih buruk jika dibandingkan laki-laki sebesar 1,6 poin persentase di bawah level 2019.

Selain itu, penutupan lembaga pendidikan dan pelatihan dapat berimplikasi jangka panjang bagi kelompok pemuda. Risiko lebih buruk bagi mereka yang memiliki akses terhadap internet lebih terbatas.

"Tidak akan ada pemulihan yang nyata dari pandemi ini tanpa pemulihan pasar tenaga kerja berbasis luas. Agar berkelanjutan, pemulihan ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip pekerjaan yang layak, termasuk kesehatan dan keselamatan, kesetaraan, perlindungan sosial, dan dialog sosial," kata Ryder.

Reporter: Abdul Azis Said