PBB Bantah Putin, Pasukan Rusia Bukan Penjaga Perdamaian di Ukraina

ANTARA FOTO/REUTERS/Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin /aww/sad.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dokumen termasuk dekrit yang mengakui dua wilayah memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai entitas independen dalam sebuah upacara di Moskow, Rusia, Senin (22/2/2022).
Penulis: Yuliawati
23/2/2022, 12.13 WIB

PBB menepis klaim Rusia yang mengatakan mengirim pasukan perdamaian di Ukraina sebelah timur. PBB juga menolak pernyataan klaim Presiden Vladimir Putin yang menyebutkan terjadinya genosida etnis Rusia di Ukraina.

"Ketika pasukan dari suatu negara memasuki wilayah negara lain tanpa izin tuan rumah, mereka bukan penjaga perdamaian yang netral. Mereka sama sekali bukan penjaga perdamaian," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dikutip dari Reuters, Selasa (22/2).

Guterres mengatakan Rusia telah melanggar integritas wilayah dan kedaulatan Ukraina dengan mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari negara tersebut. Guterres khawatir dengan langkah Putin yang dianggap menyimpang dari konsep menjaga perdamaian.

Putin menerbitkan Dekrit pada Senin (21/2) yang berisi pengakuan kedaulatan atas "Republik Rakyat Luhansk (LPR)" dan "Republik Rakyat Donetsk (DPR)" - dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina- sebagai negara merdeka dan berdaulat. Pengakuan ini dianggap menyalahi hukum internasional.

Putin juga memerintahkan Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengirim pasukan ke dua wilayah timur Ukraina yang memisahkan diri tersebut. Kremlin menyebut pengerahan pasukan Rusia untuk "menjaga perdamaian" di Ukraina timur.

Pekan lalu Putin juga menuturkan bahwa etnik Rusia di Ukraina timur mengalami genosida. "Saya rasa tidak demikian," kata Guterres.

Berdasarkan hukum internasional, genosida merupakan niat untuk menghancurkan, baik secara menyeluruh atau pun sebagian, sebuah negara, etnik, ras atau kelompok agama.

Genosida antara lain dilakukan dengan membunuh, melukai tubuh atau mental secara serius, menimbulkan kondisi yang akan menghancurkan fisik, melakukan tindakan untuk mencegah kelahiran, dan memisahkan anak secara paksa dari kelompok satu ke kelompok yang lain.

Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat memanas lantaran tudingan AS bahwa Moskow telah mengerahkan hingga 150.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina. Sebaliknya Rusia menyangkal berniat menyerang Ukraina dan balik menuding Barat bersikap histeris.

Guterres menyarankan Rusia dan sekutu untuk menahan diri mencegah perang. "Saya meminta semua pihak untuk menahan diri agar tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan penyataan yang akan mendorong situasi berbahaya ini semakin buruk."