WHO Perkirakan Pandemi Covid-19 Selesai Tahun Ini, Tapi Ada Syaratnya

ANTARA FOTO/REUTERS/May James/hp/cf
Warga memakai masker berjalan saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) terus berlanjut, di London, Britain, Minggu (20/2/2022).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Yuliawati
25/2/2022, 14.25 WIB

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperkirakan pandemi Covid-19 berakhir pada 2022. Syaratnya, bila tak ada lagi wabah besar seperti Covid-19 varian Omicron.

Namun, hal ini bukan berarti virus corona akan hilang sepenuhnya. “Sulit untuk membuat prediksi saat ini, tetapi kami berharap jika tidak ada hal lain yang terjadi, pandemi dapat berakhir pada 2022," kata perwakilan WHO di Rusia Melita Vujnovic saat wawancara dengan kantor berita TASS pada beberapa hari yang lalu, dikutip dari Times of India, Jumat (25/2).

Meski begitu, ia mengingatkan sebagian besar virus mampu bermutasi. Oleh karenanya, ia masih belum mengetahui bagaimana perkembangan Covid-19 ke depan. Namun, ia optimistis wabah besar akan berakhir setelah Omicron menyebar ke seluruh dunia.

Saat ini, WHO mencoba memprediksi kapan akhir pandemi akan terjadi. Namun, prediksi ini sulit dilakukan karena sejumlah negara mengubah strategi pengetesan mereka.

Dia mengatakan, virus Omicron sangat menular dan menyebar dengan cepat. Sementara, beberapa negara tidak memiliki dana yang cukup untuk mengetes penduduk dalam jumlah besar. Padahal, sebagian besar pasien Omicron tidak memiliki gejala.

Untuk itu, gambaran yang diperoleh WHO tidak sepenuhnya mencerminkan jumlah kasus di lapangan. Kondisi ini berbeda saat pandemi baru ditetapkan dan varian Delta menyebar luas.

Adapun, beberapa negara telah mengalami penurunan lonjakan Covid yang disebabkan varian Omicron. Penurunan kasus juga mendorong pencabutan pembatasan aktivitas masyarakat.

Swedia, Denmark, dan Norwegia telah mencabut pembatasan aktivitas. Sebab, mereka mengklasifikasi Covid-19 tak menimbulkan ancaman kepada masyarakat. Sementara, Inggris dan AS kemungkinan besar akan segera menyusul.

Namun, banyak ahli, termasuk WHO, telah mendesak agar negara berhati-hati dalam melonggarkan aktivitas masyarakat. "Terlalu dini bagi negara mana pun untuk menyerah atau menyatakan kemenangan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus baru-baru ini.

Berdasarkan data Worldometers, kasus virus corona di dunia hingga Jumat (25/2) mencapai 431,9 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 5,9 juta pasien Covid-19 telah meninggal. Selebihnya, ada 361,17 juta orang yang pulih dari virus corona.

Di Indonesia, pemerintah tengah mengevaluasi status Covid-19 menjadi endemi dari saat ini pandemi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah mendiskusikan hal tersebut dengan para pakar dan ahli wabah pada Minggu (20/2).

Pemerintah pun akan melakukan transisi secara bertahap, sesuai data indikator kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya. Luhut berjanji, Indonesia tidak akan terburu-buru mengikuti perubahan status pandemi menjadi endemi, seperti di Inggris, Denmark, hingga Singapura.

"Kita tidak perlu latah ikut-ikutan negara yang sudah memberlakukan pelonggaran," kata Luhut usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo secara daring, Senin (21/2).

Reporter: Rizky Alika