Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengajak Pemerintah Singapura untuk ikut serta dalam pengembangan perkebunan makanan atau food estate dan pembangunan ibu kota negara baru di Indonesia.
Menurut Luhut, keterlibatan Singapura akan memberikan manfaat bagi kedua negara karena akan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki kedua bangsa. Hal itu diungkapkan saat bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana dan saat memimpin pertemuan resmi dengan Menteri Koordinator Keamanan Nasional Singapura Teo Chee Hean, Senin (21/03).
"Indonesia bukan baru berencana tetapi sudah memulainya. Kami memiliki ribuan hektar lahan di Sumatera Selatan dan juga Sulawesi Tengah untuk dijadikan food estate. Kalau Singapura mau ikut terlibat, mari kita kembangkan sama-sama,” kata Menko Luhut dalam keterangan tertulis, Selasa (22/3).
Luhut menjelaskan, pembangunan pertanian yang berbasis riset dan teknologi dibutuhkan agar bisa meningkatkan produktivitas, sekaligus untuk menjaga keamanan pangan.
Terkait ibu kota negara baru, menurut Luhut, pembangunan ibu kota negara baru bukan program jangka pendek hingga 2024, tetapi akan dilakukan secara bertahap hingga perayaan 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045.
Pada tahap pertama hingga 2024, Indonesia akan membangun sendiri kebutuhan infrastrukturnya. Namun, kemudian untuk membangun kota secara keseluruhan dimungkinkan adanya investasi yang luar negeri.
“Kami tentunya berharap nantinya Singapura akan ikut ambil bagian seperti halnya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan China yang akan melakukan investasi di ibu kota negara yang baru,” ujar Luhut.
PM Lee menghargai langkah besar yang sedang dilakukan Indonesia, termasuk dengan pembangunan ibu kota negara yang baru. Sebagai negara tetangga, Singapura tentunya akan mendukung Indonesia meraih kemajuan.
Luhut berada di Singapura sejak Minggu (20/3) hingga Selasa (22/3), untuk membahas kelanjutan kerja sama dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim.
Indonesia dan Singapura sepakat untuk melakukan riset mengenai teknologi bersih yang ramah lingkungan serta menjalankan beberapa proyek percontohan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem, baik di darat maupun di laut.
Ada empat bidang yang disepakati untuk dikembangkan yakni, penetapan harga dan pasar untuk karbon, solusi berbasis alam dan pendekatan berbasis ekosistem, teknologi bersih dan solusinya, serta pembiayaan hijau atau disebut green and blended finance.
Di samping keempat bidang ini, Luhut juga mengusulkan untuk dibentuk gugus tugas yang akan mendalami pengembangan baterai lithium untuk mobil listrik dan riset untuk pengembangan food estate.
"Indonesia memiliki banyak sumber daya untuk kedua hal itu, sementara Singapura memiliki R&D (riset dan pengembangan) dan juga kekuatan finansial,” ujar Menteri Luhut dalam keterangan tertulis, Selasa (22/3).
Luhut menjelaskan, ke depan kebutuhan baterai lithium akan semakin meningkat ketika semua negara berupaya untuk mengurangi emisi gas buang.