WHO: Kematian Akibat Covid-19 Capai 15 Juta orang Selama Pandemi

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/n
Sejumlah petugas mengusung peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Rorotan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).
Penulis: Yuliawati
6/5/2022, 07.19 WIB

World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan jumlah kematian selama dua tahun pandemi Covid-19 mencapai 15 juta orang di seluruh dunia. Angka ini hampir tiga kali lipat dari data resmi yang dilaporkan banyak negara, yakni 5,4 juta orang.

Ahli dari departemen data WHO, Samira Asma, mengatakan data tersebut menunjukkan tragedi. "Angka yang mengejutkan dan penting bagi kita untuk menghormati nyawa yang hilang, dan kita harus meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan," kata Samira, dikutip dari BBC, Kamis (5/5).

"Jika kita tidak menghitung yang mati, kita akan kehilangan kesempatan untuk lebih siap menghadapinya di waktu berikutnya."

WHO menghitung jumlah kematian tidak hanya mereka yang meninggal secara langsung terinfeksi Covid-19 tetapi juga yang disebabkan oleh efek sampingnya. Seperti mereka yang tidak dapat mengakses rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

 Banyak negara yang dianggap tak melaporkan data kematian sesungguhnya. Di antaranya Mesir, India, Pakistan, Indonesia, Bangladesh, Bolivia, Filipina dan Rusia.

WHO mencatat Mesir sebagai negara yang angka kematiannya selama pandemi mencapai 11,6 kali lebih tinggi dari data resmi. India di urutan kedua dengan angka kematiannya selama pandemi mencapai 9,9 kali lebih tinggi dan Pakistan bisa delapan kali lebih tinggi.

Adapun Indonesia di urutan keempat dengan perkiraan angka kematian sesungguhnya selama pandemi 7,1 kali lebih tinggi dari data resmi. Berdasarkan data Worldometer, jumlah kematian akibat Covid-19 di Indonesia sebanyak 156.340.

WHO menemukan angka kematian yang tidak dilaporkan ini paling banyak pada negara-negara ekonomi menengah ke bawah sebanyak 53%. Di deretan negara ekonomi maju, data yang tak dilaporkan sebanyak 15%. Semakin maju dan kaya suatu negara, sistem datanya lebih baik dan akurat.

Para akademisi yang membantu menyusun laporan mengakui perkiraan mereka lebih spekulatif untuk negara-negara di Afrika sub-Sahara, karena hanya ada sedikit data tentang kematian di wilayah tersebut. Tidak ada statistik yang dapat diandalkan untuk 41 dari 54 negara di Afrika.

Ahli statistik Prof Jon Wakefield, dari Universitas Washington di Seattle, membantu WHO dan mengatakan kepada BBC: "Kami sangat membutuhkan sistem pengumpulan data yang lebih baik.

"Memalukan bahwa orang bisa lahir dan mati - dan kami tidak memiliki catatan kematian mereka."