Ramalan Suram Mantan Bos The Fed Bernanke: AS Akan Hadapi Stagflasi

ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan R Smith/nz/cf
Ilustrasi. Amerika Serikat tengah menghadapi kenaikan suku bunga akibat inflasi tinggi.
Penulis: Agustiyanti
17/5/2022, 20.17 WIB

Mantan Gubernur The Federal Reserve Ben Bernanke menilai keputusan bank sentral Amerika Serikat yang sempat menunda keputusan untuk menaikkan suku bunga untuk menghadapi inflasi adalah sebuah kesalahan. Ia menilai ekonomi Amerika kini mulai memasuki periode stagflasi atau kombinasi terjadinya stagnansi ekonomi dan inflasi tinggi, ditambah dengan pengangguran tinggi. 

Bernanke menjabat sebagai Gubernur The Fed selama periode Bush dan Obama saat melalui krisis keuangan 2008. Pada masa-masa itu, bank sentral AS memainkan peran besar dalam membantu pemulihan ekonomi. 

Meski memahami alasan di balik tanggapan The Fed menunda respons terhadap inflasi, Ia menilai, Bank Sentral AS seharusnya bertindak lebih cepat untuk membantu menurunkan tingkat inflasi tahunan yang mencapai 8,5% pada April 2022.

“Mengapa mereka menunda memberikan respons? Saya pikir saat retrospeksi, ya, itu kesalahan dan saya pikir mereka setuju bahwa itu adalah kesalahan,”kata Bernanke kepada CNBC, Senin (17/5). 

Bernanke mengatakan The Fed tak segera mengambil tindakan untuk menaikkan bunga secara cepat kemungkinan karena kekhawatiran dapat mengejutkan pasar. 

Tingkat inflasi terus meningkat sepanjang 2021. Sebagian besar tanggapan The Fed yang disampaikan kepada publik didasarkan pada keyakinan bahwa kenaikan inflasi hanya bersifat sementara. Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut, kenaikan inflasi tak cukup untuk meninggalkan tanda permanen dan membentuk inflasi yang lebih tinggi. 

The Fed mulai menaikkan bunga acuan tahun ini dan telah menaikkan 50 bps pada Mei 2022. 

Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen baru mencabut pernyataan mereka terkait inflasi tinggi yang bersifat sementara dan meyakinkan pasar untuk menaikkan suku bunga pada Desember 2021. 

Sejak itu, The Fed telah mengambil langkah yang lebih drastis untuk mencoba menurunkan tingkat inflasi, termasuk melalui dua kenaikan suku bunga yang akan mendorong suku bunga hipotek, suku bunga mobil, bunga kartu kredit, dan suku bunga pinjaman jauh lebih tinggi. “Langkah ini tidak akan menyenangkan,” Powell mengakui awal bulan ini.

Di bawah Powell, The Federal Reserve telah menghadapi serangkaian krisis karena jatuhnya ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona dan tingkat inflasi tinggi yang diperkirakan akan awet selama beberapa dekade.

Menurut Bernanke, itu semua menuju skenario yang memungkinkan di mana ekonomi AS dapat memasuki periode "stagflasi", atau kombinasi dari stagnasi ekonomi dan inflasi yang tinggi, ditambah dengan peningkatan pengangguran.

"Inflasi masih terlalu tinggi. Harus ada periode dalam satu atau dua tahun ke depan di mana pertumbuhan rendah, pengangguran setidaknya naik sedikit dan inflasi masih tinggi, Jadi Anda bisa menyebutnya stagflasi,” kata Bernanke kepada The New York Times. 

Bernanke juga menawarkan pemikirannya tentang seruan agar Presiden Biden memaafkan total utang pinjaman mahasiswa AS sebesar US$1,75 triliun. Menurut dia, tidak adil jika pemerintah menghapus semua uutang mahasiswa. 

“Banyak orang yang memiliki uutang pelajar dalam jumlah besar adalah profesional yang akan terus maju dan menghasilkan banyak uang dalam hidup mereka. Jadi mengapa kita lebih memilih mereka daripada seseorang yang tidak kuliah, misalnya?” ujarnya. 

Dalam beberapa bulan terakhir, Biden dilaporkan telah memperdebatkan pelembagaan pengampunan pinjaman siswa, selain mempertimbangkan untuk menambahkan batas pendapatan yang akan mengecualikan berpenghasilan tinggi dari keringanan pinjaman siswa.

Pemerintahan Biden telah membatalkan sebagian besar utang pinjaman mahasiswa dari pemerintahan mana pun dalam sejarah, memaafkan  US$16 miliar pinjaman mahasiswa federal untuk kelompok sasaran seperti peminjam penyandang cacat dan mahasiswa yang ditipu oleh institusi mereka.