Atasi Krisis Energi, Prancis dan Jerman Saling Kirim Gas dan Listrik

ANTARA FOTO/REUTERS/Pascal Rossignol/hp/sad.
Pemandangan menunjukkan lokasi konstruksi fondasi turbin angin taman lepas pantai Fecamp, di Le Havre, Normandia, Prancis, Minggu (1/5/2022).
Penulis: Happy Fajrian
6/9/2022, 07.37 WIB

Pemerintah Prancis dan Jerman berkomitmen untuk saling membantu dalam melewati krisis energi setelah Rusia mematikan aliran gas melalui jalur pipa Nord Stream 1. Prancis akan mengirim gas alam ke Jerman jika diperlukan, sementara Jerman siap menyediakan listrik.

Harga gas Eropa melonjak hingga mencapai € 284 per megawatt jam (MWh) setelah Rusia tidak menyalakan kembali aliran gas dari Nord Stream 1 setelah periode perawatan di luar jadwal selama tiga hari rampung. Sebelumnya rekor harga gas di Benua Biru mencapai € 346,52 per MWh.

“Jerman membutuhkan gas kami dan kami membutuhkan listrik dari seluruh Eropa, terutama Jerman,” kata presiden Prancis pada konferensi pers setelah panggilan telepon dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Senin (5/9).

Kedua negara akan membangun jalur yang dibutuhkan untuk mengirimkan gas ke Jerman dari Prancis yang akan diselesaikan dalam beberapa minggu ke depan. Prancis yang telah lama menjadi pengekspor bersih listrik akan membutuhkan bantuan dari Jerman karena masalah teknis pada pembangkit listrik tenaga nuklirnya (PLTN).

Meski demikian Macron mengatakan bahwa ia tidak memahami adanya permintaan untuk sambungan gas dari Spanyol, dan menolak permintaan untuk meningkatkan kapasitas pengiriman ke negara itu dengan jalur pipa baru.

Dia menambahkan bahwa ia bisa saja berubah pikiran jika Scholz atau Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dapat meyakinkan dirinnya.

Menjelang pertemuan para menteri energi Uni Eropa pada Jumat (9/9), Macron mengatakan bahwa Prancis mendukung pembelian gas di tingkat Eropa daripada tingkat nasional dan menyerukan langkah-langkah Uni Eropa untuk mengendalikan harga energi.

Ketakutan negara-negara Eropa bahwa Rusia akan mematikan aliran gas alam melalui jalur pipa Nord Stream 1 untuk seterusnya pasca selesainya perawatan di luar jadwal selama tiga hari, menjadi kenyataan. Kawasan ini bersiap untuk menghadapi krisis energi yang memburuk.

Jalur Nord Stream 1 yang mengalirkan sepertiga dari total ekspor gas Rusia ke Eropa menjalani perawatan di luar jadwal selama tiga hari pada 31 Agustus hingga 3 September 2022. Namun pada Sabtu ketika perawatan tersebut dijadwalkan rampung, Rusia menyatakan telah menemukan kerusakan baru.

Sehingga, aliran gas akan terus dimatikan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sebelumnya pasokan gas jalur Nord Stream 1 telah dipangkas hingga hanya mengalirkan 20% dari total kapasitas penuhnya yang membuat harga gas di kawasan itu meroket hingga lebih dari 400%.

Sebelum perawatan pada 31 Agustus 2022, harga gas Eropa telah meroket hingga setara dengan US$ 450 per barel minyak mentah. Eropa pun menuding Rusia telah menggunakan pasokan gas sebagai senjata ekonomi dalam perang dengan Ukraina yang berujung sanksi dari negara-negara barat.

“Tapi setelah Rusia membatalkan tenggat waktu Sabtu untuk melanjutkan pengiriman, karena telah menemukan kerusakan baru selama pemeliharaan, harga kemungkinan akan melonjak lagi,” kata para analis seperti dikutip Reuters.