Warga Protes Lockdown, Demonstrasi Terjadi di Sejumlah Kota Besar Cina

BBC
Demonstrasi di Beijing menentang pembatasan aktivitas masyarakat. Foto: Tangkapan layar BBC.
27/11/2022, 20.14 WIB

Demonstrasi besar terjadi di sejumlah kota di Cina untuk menentang pembatasan aktivitas dalam rangka mencegah Covid-19. Unjuk rasa terjadi di Kota Shanghai, Beijing, hingga Urumqi di Provinsi Xinjiang.

Kerumunan pengunjuk rasa di Shanghai berteriak dan mengangkat lembaran kosong, protes terhadap penyensoran, pada Sabtu (26/11) hingga Minggu (27/11) malam. Gelombang protes ini belum pernah terjadi di Cina saat pemerintahan Xi Jinping.

Sedangkan di Urumqi, massa menggelar unjuk rasa dengan kertas kosong dan mendesak pemerintah mencabut lockdown. Hingga sore tadi, sebanyak ratusan orang telah berkumpul dengan memegang kertas kosong.

"Saya di sini untuk kebebasan. Musim dingin datang dan kami membutuhkan kebebasan kami," kata seorang pengunjuk rasa di Urumqi pada Minggu (27/11) dikutip dari Reuters.

Demonstrasi di Beijing digelar di Universitas Tsinghua. Puluhan mahasiswa menggelar aksi damai untuk menentang pembatasan aktivitas karena Covid-19.

"Jika kami tak berani angkat bicara, masyarakat akan kecewa pada kami," kata seorang mahasiswa.

Cina hingga saat ini masih menerapkan kebijakan nol kasus Covid-19 meski sebagian besar negara telah melonggarkan aktivitas. Hal ini seiring kasus baru corona yang mencapai hampir mencapai 40 ribu orang kemarin.

Pemerintah mengatakan kebijakan tersebut diperlukan untuk menyelamatkan jiwa masyarakat dan mencegah rumah sakit kewalahan. Mereka juga tetap akan melanjutkan pembatasan meski ada penolakan publik.

Sejalan dengan itu, propsek ekonomi Negeri Panda menjadi gelap karena pembatasan aktivitas masyarakat dilakukan di sejumlah kota besar. Analis juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Cina di kuartal keempat menjadi 2,4% dari sebelumnya 2,8%.

Adapun, ekonomi negara tersebut diperkirakan tumbuh 2,8% tahun ini, turun tipis dari ramalan sebelumnya yakni 2,9%. Analis Nomura memperkitakan bahwa wilayah Cina yang dikunci memiliki porsi seperlima dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

"Lockdown penuh gaya Shanghai dapat dihindari, tapi mungkin digantikan oleh penguncian parsial," demikian saran Nomura.