Pemerintah Rusia dikabarkan segera melanjutkan pasokan gas ke Eropa melalui Jalur Pipa Yamal-Eropa, setelah sejak Agustus lalu menghentikan pasokan mereka melalui Pipa Nord Stream.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, mengatakan langkah pengaliran kembali gas Rusia ke Eropa ini merupakan strategi pemerintah untuk menggaet peluang bisnis gas di pasar Eropa. "Pasar Eropa tetap relevan, karena kekurangan gas terus berlanjut, dan kami memiliki setiap kesempatan untuk melanjutkan pasokan," kata Novak sebagaimana diberitakan Reuters pada Minggu, (25/12).
Novak melanjutkan, Moskow siap untuk melanjutkan pasokan gas melalui Pipa Yamal-Eropa yang sebelumnya juga dihentikan karena pertimbangan politik. Jalur Pipa Yamal-Eropa biasanya mengaliri gas ke wilayah barat Eropa seperti Polandia.
Namun, arah penyaluran di Jalur Pipa Yamal-Eropa belakangan diubah seiring keputusan Polandia untuk membeli gas yang disimpan oleh Jerman. Pada Mei, Polandia mengakhiri perjanjian jual-beli gas dengan Rusia, setelah menolak permintaan Moskow untuk membayar transaksi dalam mata uang rubel.
"Jalur Pipa Yamal-Eropa yang dihentikan karena alasan politik, masih belum digunakan," ujar Novak.
Sementara itu, perusahaan gas raksasa Rusia, Gazprom, menanggapi bahwa perusahaan tidak akan lagi dapat mengekspor gas melalui Polandia, setelah Moskow memberlakukan sanksi terhadap perusahaan Polandia yang memiliki bagian dari pipa Yamal-Eropa.
Novak juga menegaskan kembali, bahwa Moskow sedang mendiskusikan pasokan gas tambahan melalui Turki, setelah pembuatan hub di sana. Lebih lanjut, kata Novak, Moskow akan mengirimkan 21 miliar meter kubik (bcm) gas alam cair atau LNG ke Eropa pada 2022.
“Tahun ini kami mampu meningkatkan pasokan LNG ke Eropa secara signifikan. Dalam 11 bulan di 2022, meningkat menjadi 19,4 bcm, pada akhir tahun diharapkan 21 bcm," ujar Novak.
Pengurangan pasokan gas dari Rusia berdampak signifikan terhadap negara-negara Eropa. Contohnya Jerman, sebagai pelanggan gas alam terbesar Rusia di Eropa, kini terus mengembangkan kebijakan penghematan energi, untuk menghindari krisis.
Sebelum adanya konflik antara Rusia dan Ukraina, Jerman mendapatkan lebih dari setengah pasokan gas alam dari Rusia. Gas tersebut digunakan warga Jerman untuk pemanas ruangan, pembangkit listrik, dan mendukung operasional pabrik-pabrik.
Selain ke Eropa, Rusia juga berpeluang untuk menambah pasokan gas ke negara pecahan Uni Soviet di kawsan Asia Tengah, seperti Azerbaijan, Uzbekistan, dan Kazakhstan. Hal ini bertujuan untuk mengamankan pasokan gas untuk konsumsi domestik.
Novak juga menyebutkan negaranya bahkan berpeluang mengirimkan gas ke Afghanistan dan Pakistan untuk kontrak jangka panjang. Pengiriman tersebut menurutnya bisa dilakukan lewat sambungan infrastruktur gas di Asia Tengah, maupun lewat penukaran penyaluran dari wilayah Iran.